Pendiri Kelompok Usaha Lippo Mochtar Riady mengatakan dua hal penting yang perlu menjadi pusat perhatian pendidikan tinggi dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 yaitu AI dan Big Data.
Hal itu disampaikan Mochtar Riady di sela-sela acara penyerahan Bantuan bagi Mahasiswa Berprestasi Lippo (BMBL) sebesar Rp 1,5 milyar yang dilakukan secara simbolis Selasa, 22 Januari 2019 disaksikan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, di Gedung Dikti, Jakarta.
BMBL ini diberikan kepada 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang diterima langsung oleh Rektor/Pimpinan PTN terkait.
Peran AI dan Big Data
“Semua pendidikan tujuannya meningkatkan kapabilitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Nah, masuk dalam industri 4.0 ini, intinya adalah teknologi. Kalau kita (masih) bicara soal digital, hal itu sudah lewat,” ujar Mochtar Riady.
Ia menegaskan kini saatnya pendidikan tinggi memberikan perhatian khusus kepada AI dan Big Data.
“AI meski merupakan bagian dari teknologi digital namun menggunakan teknologi tersebut untuk mengumpulkan semua data yang besar itu. Data ini menjadi sangat penting karena dapat dianalisa dan diolah berdasarkan apa yang menjadi karakter atau kebutuhan masyarakat saat ini,” jelas Mochtar Riady.
Ia menambahkan, Big Data kini menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam mengambil keputusan-keputusan krusial, termasuk dalam bisnis.
Hal senada juga disampaikan Menristekdikti Mohamad Nasir yang melihat kehadiran era revolusi industri 4.0 telah banyak merubah tatanan ekonomi di Indonesia.
“Termasuk membuat pergeseran cara pandang mengelola perguruan tinggi. Kita tidak bisa lagi melakukan sesuatu seperti dulu. Perubahan dunia begitu cepat maka sistem pengajaran harus diubah,” ujar Menristek.
Menristek menyontohkan dulu 1 dosen mendampingi 20 mahasiswa untuk program eksakta dan 30 mahasiswa untuk ilmu sosial. Percepatan tidak dapat terjadi kalau kita masih menggunakan sistem ini, kata Menristek.
Angka partisipasi pendidikan tinggi yang masih diangka 34 persen dan kondisi geografis Indonesia yang luas mendorong perlu pengembangan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk mempercepat akselerasi dan pemerataan pendidikan tinggi di Indonesia.
“Di samping itu, program studi yang diajarkan harus disesuaikan dengan kebutuhan industri 4.0. Program studi yang tidak menyesuaikan akan kehilangan fungsi,” tegas Kemenristek.
Selain itu Kemenristek juga mendorong sinergi pendidikan tinggi dan dunia industri melalui kerjasama riset. “Singapura dan Cina mengalami kebangkitan luar biasa karena riset pendidikan tinggi di scale up atau dikomersialisasi oleh dunia industri,” tutupnya.














