Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bersama United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR), salah satu badan internasional yang berada di lingkungan PBB menggelar konferensi internasional di Bali pada 10-11 Oktober 2013 mendatang.
Konferensi ini membahas mengenai berbagai upaya peningkatan pengumpulan data dan menyebarkan temuan ilmiah yang terkait dengan isu-isu sumber, efek dan risiko dari radiasi pengion. Selain itu, untuk mencari cara komunikasi yang baik diantara para pemangku kepentingan.
“Topik yang akan diangkat dalam konferensi tersebut, terkait pajaran (paparan) dari radiasi alami dan atau buatan, pajaran radiasi kerja dan radiasi medik, efek kesehatan dan lingkungan dari radiasi, serta kesiapsiagaan dan tanggap darurat nuklir atau radiologi,” kata Deputi Bidang Penelitian Dasar dan Terapan Batan, Dr. Anhar Riza Antariksawan, di Jakarta.
Meski Indonesia belum memiliki PLTN, Anhar menilai konferensi itu penting diadakan. Sebagai salah satu dari 27 negara anggota UNSCEAR, Indonesia dapat memberikan sumbangan berarti dalam mengkaji tingkat rafiasi dan efeknya di masyarakat dan lingkungan.
Batan sendiri akan memberikan data-data tingkat radiasi di Indonesia dalam berbagai aktifitas. Mamuju, misalnya, tingkat radiasinya 9x lebih tinggi daripada Jakarta. “Karenanya, diharapkan jangan sampai ada aktifitas pertambangan secara masif di daerah ini sebelum dikumpulkan data-data efek radiasi pada masyarakat dan lingkungan. Babel juga memiliki tingkat radiasi 2x dari batas normal karena ada aktivitas pertambangan,” ungkapnya.
Di sisi lain, Kepala Pusat Teknologi Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi
Radiasi (PTKMR) Batan, Dr. Susilo Widodo, mengungkapkan, Pentingnya konferensi ini, untuk menunjukkan posisi Indonesia di UNSCEAR mengingat komite ini cukup elit dengan hanya 27 negara saja. Perwakilan regional ini lah yang diharapkan dapat maksimal berperan di kawasan masing-masing.
Ketua Panitia Prof. Erie Hiswara, mengatakan, konferensi ini mendapat dukungan Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Perhimpunan Ongkologi Radiasi Indonesia (PORI), Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia (PDSRI), dan Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia (PKNI).
Beberapa pakar yang sudah memastikan kehadirannya, antara lain, Dr. Malcolm Crick, Sekretaris UNSCEAR, Dr. Carl-Magnus Larsson, Ketua UNSCEAR, Dr. Abel J Gonzales, Ketua Delegasi Argentina, Prof. Dr. Soehartati Ghondowiardjo, Sp.Rad, Ketua PORI, dan Peter Zagyvai, tenaga ahli IAEA. “Tidak semua dari anggota komite UNSCEAR diperkirakan datang. Beberapa perwakilan negara yang telah mendaftar yakni Korea Selatan, Malaysia, Austria, Jepang, Argentina,” paparnya lagi. (ju/ant)