Jakarta, Itech – Badan Regulasi Telekomunikasi Rusia Roskomnadzor marah dan akan memblokir layanan aplikasi pesan instan Telegram dari Rusia, menyusul surat gugatan hukum Roskomnadzor ke pengadilan Moskow supaya Telegram cepat angkat kaki dari Rusia.
Telegram menolak mentah-mentah permintaan Roskomnadzor terkait kunci akses enkripsi ke pesan-pesan Telegram, menyusul banyak aksi terorisme yang menggunakan Telegram.
Roskomnadzor menganggap Telegram tidak patuh terhadap regulasi pemerintah dan lebih mementingkan kerahasiaan data dibanding keamanan nasional.
Telegram beralasan permintaan pemerintah itu sangat menyalahi konstitusi dan bertentangan dengan hukum serta berpihak kepada kebebasan berbicara.
“Ancaman untuk memblokir Telegram jika tidak menyerahkan data privasi pengguna tidak akan membuahkan hasil. Telegram akan mendukung kebebasan dan privasi,” kata
Pavel Durov (Pendiri dan CEO Telegram) melalui Twitter di bulan Maret.
The Times of Moscow mengungkapkan badan keamanan federal Rusia (FSB) menemukan ada 29 percobaan serangan teroris di Rusia dan para teroris menggunakan Telegram untuk bisa saling berkomunikasi.
“Tahun lalu, Rusia mencegah 25 aksi teroris dan empat teroris mengakui menggunakan Telegram untuk berkomunikasi termasuk dari wilayah Suriah dan Irak,” kata kepala FSB Alexander Bortnikov seperti dikutip The Times of Moscow dari Interfax.
Telegram tetap bergeming dan tidak membuat pernyataan resmi mengenai kasus tersebut. Telegram merupakan aplikasi nomor sembilan terpopuler di dunia. Telegram sangat populer di berbagai negara Uni Soviet dan Timur Tengah. Bahkan, Pengguna aktif aplikasi itu mencapai 200 juta di bulan Maret.
Sebagai bagian dari pelayanan, Telegram memungkinkan para pengguna untuk berkomunikasi lewat pesan terenkripsi yang tidak bisa dibaca oleh pihak ketiga, termasuk otoritas pemerintah.