Jakarta, ItWorks- Tingkat penetrasi asuransi di Indonesia hingga kini masih terbilang rendah dibanding negara tetangga di Asia Tenggara. Hadirnya layanan Insurtech dengan menerapkan peran teknologi digitalisasi seperti Pasarpolis menjadi sangat penting untuk meningkatkan inklusi asuransi di Indonesia.
“Kami melihat masih banyak aset atau kegiatan ekonomi masyarakat lainnya yang masih belum terlindungi dengan baik, sehingga pangsa pasar asuransi di Indonesia masih sangat luas dan terbuka dengan pendalaman dan perluasan. Kehadiran insurtech, diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan asuransi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau dan kompetitif. Melalui digitalisasi di industri asuransi juga diharapkan dapat meningkatkan literasi dan inklusi asuransi di Indonesia,” ujar Arif Baharudin, Staf Ahli Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan RI dalam diskusi virtual dengan media hari ini (4/2/2021) yang diselenggarakan Pasarpolis.
Menurutnya, untuk mendukung akselerasi penetrasi atau inklusi asuransi ini, kedepan diperlukan upaya komprehensif dari berbagai pihak untuk bersama-sama meningkatkan aspek mitigasi risiko, kepercayaan masyarakat, serta menciptakan good corporate governance untuk industri asuransi yang lebih baik dan memberikan kontribusi positif pada perekonomian nasional.
Dalam kesempatan itu, Founder dan CEO PasarPolis, Cleosent Randing memaparkan keberhasilan PasarPolis di Indonesia dan juga penetrasi di ASEAN yang mampu menarik perhatian dari institusi terkemuka di dunia, yakni International Finance Corporation (IFC), institusi keuangan di bawah naungan World Bank yang ikut bergabung sebagai investor PasarPolis.
Disebutkan, setelah 5 tahun beroperasi, PasarPolis telah mampu memberikan perlindungan asuransi kepada 11% dari populasi masyarakat Indonesia atau sekitar 30 juta masyarakat Indonesia. Hal ini menjadi capaian positif, di tengah inklusi asuransi di Indonesia yang baru mencapai kurang dari 4 persen.
“Dengan kerja sama strategis ini, PasarPolis dan IFC akan bersama-sama melanjutkan dan memperkuat misi PasarPolis untuk mendemokratisasi asuransi secara lebih luas, salah satunya melalui pengembangan inovasi produk asuransi mikro yang terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut, dikutip dari situs blog OJK, kehadiran insurtech diharapkan dapat mendorong peningkatan penggunaan produk asuransi melalui penyediaan produk asuransi mikro yang sederhana dan terintegrasi dengan platform e-commerce sehingga memudahkan konsumen dalam mengakses produk asuransi.
80 Produk Aktif
Dikatakan, PasarPolis saat ini memiliki lebih dari 80 produk aktif. Semua jenis produk tersebut juga dirancang secara khusus agar dapat meringankan beban dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang unik antara satu sama lain. PasarPolis bertekad agar perlindungan asuransi dapat hadir di berbagai kalangan masyarakat mulai dari bangun tidur, bekerja, hingga kembali ke rumah.
PasarPolis juga bertekad meningkatkan penetrasi dan literasi asuransi di negara ASEAN lainnya, seperti Vietnam dan Thailand juga masih menjadi salah satu prioritas di 2021, mengingat potensi yang masih besar, terutama di tengah peningkatan kesadaran terhadap perlindungan akibat pandemi.
“Dari sisi industri, Vietnam dan Indonesia memiliki kriteria pasar asuransi yang serupa, meskipun kesadaran akan asuransi di Vietnam masih relatif rendah daripada Indonesia, serta Thailand yang merupakan pasar asuransi yang cukup matang, dengan tingkat penetrasi lebih tinggi. Kami optimis dapat menjadi penggerak industri insurtech di kawasan ASEAN dan terus menjawab tantangan dari kesenjangan asuransi di wilayah ini,” ungkap Cleosent.
Dalam kesempatan yang sama, Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo RI mengatakan, teknologi digital semakin memiliki peran krusial sebagai solusi dari berbagai tantangan, termasuk di industri keuangan.
Dalam kaitan ini lanjutnya, Kominfo juga terus berupaya menciptakan ekosistem digital yang semakin kondusif dan membangun infrastruktur digital yang lebih merata di berbagai wilayah Indonesia, seiring dengan adopsi digital masyarakat yang kian meningkat.
“Dengan bergabungnya IFC sebagai investor terhadap PasarPolis ini menjadi salah satu bukti perkembangan inovasi teknologi yang mampu menjawab tantangan di industri,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Pandu Patria Sjahrir, Komisaris Bursa Efek Indonesia. Ia mengungkapkan, pandemi cukup memengaruhi iklim investasi, termasuk bagi startup di ekosistem keuangan. Dalam hal ini, BEI terus berupaya mendukung perkembangan startup keuangan dalam hal permodalan dan secara aktif berdiskusi dengan pelaku industri untuk menyiapkan regulasi yang tepat.
“Kami juga menyambut baik kerjasama antara IFC dengan PasarPolis yang menandakan sinyal positif iklim investasi Indonesia di awal 2021 ini,” ujarnya. (AC)