Jakarta, Itech – Persaingan pasar smartphone yang sengit membuat Fujitsu berpikir dua kali untuk tetap menjual smartphonenya.
Karena itu, Fujitsu sedang berdiskusi dengan perusahaan manajemen investasi Polaris Capital Group untuk menjual divisi smartphone-nya.
Fujitsu menjadi perusahaan asal Jepang terbaru yang angkat kaki dari pasar smartphone sehingga menyisakan tiga perusahaan elektronik Jepang yaitu Sony, Sharp dan Kyocera yang masih bertahan di pasar smartphone.
Tentunya, Fujitsu kewalahan mengalahkan dominasi Apple dan Samsung di pasar smartphone. Belum lagi, serbuan smartphone asal Tiongkok yang menawarkan produk-produk dengan harga lebih terjangkau.
Polaris Capital yang bermarkas di Tokyo pun tertarik membeli saham di divisi smartphone mobile dan menjadi pemegang saham mayoritas. Saat ini nilai valuasi divisi mobile Fujitsu sekitar JPY40-50 miliar atau sekitar Rp4,9-6,1 triliun seperti dikutip Reuters.
Sebelumnya, Fujitsu juga menjual saham mayoritas unit komputer mereka ke Lenovo Group senilai USD269 juta pada 2017.
Pada 2000, ada lebih dari 10 perusahaan Jepang yang membuat flip phone, termasuk NEC Corp dan Toshiba. Namun, kebanyakan perusahaan itu memutuskan mundur dari pasar
perangkat mobile.
Perusahaan asal Jepang gagal merebut hati pasar karena sangat menggantungkan diri di Jepang.
Sony Tolak Menyerah
Kaz Hirai (CEO Sony) mengatakan Sony tidak akan menyerah di industri smartphone karena smartphone adalah produk masa depan teknologi dan Sony akan terus menjual smartphone untuk mempertahankan eksistensi.
“Kami akan memantau apa yang sedang terjadi di dalam industri sampai pergeseran paradigma berikutnya. Ini bukan soal smartphone hari ini,” katanya seperti dikutip Phone Arena.
Hirai mengatakan Sony akan terus menjual produk untuk tetap relevan di sektor komunikasi, sebagai alat pengawasan tren hingga paradigma berganti. “Untuk alasan strategis ini, kami akan tetap tinggal, tidak pada bisnis smartphone, tapi pada bisnis komunikasi,” lanjutnya.
Sony sendiri masih menjadi perusahaan pemasok utama sensor gambar utama untuk merek smartphone lain. Sony juga menghadirkan sensor pemindai sidik jari pada perangkatnya.
Smartphone Sony mengalami kesulitan dalam meraih perhatian konsumen, salah satunya di Amerika Serikat. Sony akan memperoleh keuntungan operasional terbesarnya pada tahun ini, dengan nilai sekitar USD5,83 miliar atau sekitar Rp83,2 triliun.