Twitter ditengarai memasukkan dokumen untuk melakukan initial public offering atau IPO ke pengawas pasar modal di New York pada Juli lalu. Namun, manajemen baru mengumumkannya pada awal bulan ini.
“Manajemen Twitter berhasil menjaga berita ini dari publikasi hingga akhirnya mereka memutuskan untuk memberitahukannya lewat Twitter,” demikian tertulis pada situs CNET, Rabu (25/9/2013).
Hal ini ditelusuri oleh situs berita teknologi dan ekonomi AllthingsD yang mewawancarai sejumlah orang yang terlibat dalam proses ini. Twitter mengajukan rencana penjualan saham ke publik dan menjadi perusahaan terbuka menyusul Facebook, yang melakukannya pada pertengahan tahun lalu.
Twitter memilih bakal mencatatkan sahamnya di New York Stock Exchange dan bukannya di Nasdaq Stock Exchange. Diduga, manajemen Twitter ingin menghindari apa yang dialami Facebook saat perdagangan hari pertama sahamnya.
Saat itu, transaksi elektronik bursa saham Nasdaq sempat padam. Ini mengakibatkan kepanikan para investor dan membuat harga saham FB terus melorot nilainya. Menurut situs digital Street, Twitter bakal meraup dana sekitar US$ 1,5 miliar (sekitar Rp 15 triliun dengan valuasi perusahaan sekitar US$ 15 miliar (sekitar Rp 150 triliun).
Saham Twitter, masih menurut situs Street, bakal ditawarkan pada kisaran harga sekitar US$ 30 (sekitar Rp 330 ribu per lembar). Harga ini lebih rendah dari harga penawaran saham FB, yaitu US$ 38 per lembar.
Ini karena jumlah pengguna Twitter hingga akhir tahun ini baru sekitar 260 juta akun. Bandingkan dengan Facebook yang mencapai sekitar 500-600 juta akun pengguna saat melakukan penawaran saham.
Twitter memanfaatkan Undang-Undang JOBS Act yang memungkinkan perusahaan untuk memasukkan dokumen penjajakan IPO ke pengawas bursa tanpa mengumumkan data-data internal perusahaan terlebih dulu.
Hingga akhir tahun ini, pendapatan Twitter dari iklan diperkirakan mencapai sekitar US$ 580 juta (sekitar Rp 6,4 triliun). Pada tahun depan pendapatan ini bakal mencapai sekitar US$ 900 juta (sekitar Rp 9,9 triliun). (endy)