Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir mengatakan, penerapan bioteknologi pertanian, salah satu cara mengatasi kurangnya produksi pangan nasional. Dengan bioteknologi akan meningkatkan kesejahteraan petani.
Kebutuhan bioteknologi pertanian sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi karena teknologi ini untuk menghadapi ledakan penduduk, perubahan iklim, adanya hama dan alih fungsi lahan.
“Bioteknologi solusi untuk kestabilan pangan nasional karena bioteknologi pertanian akan menghasilkan tanaman yang lebih unggul. Lebih banyak hasil dan toleransi terhadap penyakit umum pada tanaman,” ujar Winarno di Jakarta, Rabu (25/9/2013).
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Ternak, Don Utojo mengatakan, bioteknologi pertanian diperlukan guna menunjang pangan ternak. Alasannya untuk mencukupi kebutuhan pangan ternak, mereka harus mengimpor jagung sebanyak 2 ribu ton pada 2012. “Pasokan tanaman untuk pakan ternak harus tersedia kalau tidak akan ipor terus dampaknya pada harga di pasar,” ungkap Don Utojo.
Menurut pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor, Arif Daryanto dengan penerapan bioteknologi petani dapat merasakan hasil dan pengurangan ongkos produksi.”Untuk beberapa tanaman pangan, tanaman bioteknologi mampu mengurangi penggunaan peptisida,” kata Arif.
Adapun aplikasi bioteknologi pada 1996 mencapai 1,7 juta hektar di 2011 mencapai 160 juta hektar sehingga terjadi peningkatan 94 kali. Saat ini, bioteknologi pertanian diterapkan di 29 negara. (endy)