Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya, menerima kunjungan Menteri Infrastruktur dan Lingkungan Belanda Melisa Schultz Van Haegen terkait perwujudan kerjasama Belanda dengan Indonesia. Dipastikan kerjasama Indonesia Belanda merupakan fase kedua dan akan berjalan hingga 2015 mencakup bidang penerapan iklim untuk pertanian dan kebencanaan.
Dalam kunjungannya, Menteri Schultz didampingi beberapa pejabat eksekutif perusahaan Belanda di bidang infrastruktur terutama terkait manajemen penglolaan air dan pengendalian banjir. Menteri Schultz juga menyatakan bahwa penduduk Jakarta yang padat membutuhkan bangunan yang mampu melindungi dari ancaman banjir. Dan, mendesak diperlukan badan pelaksana yang khusus menangani permasalahan banjir dan pengelolaan air.
Menurut Andi Eka, kerjasama Indonesia-Belanda dalam bidang pertanian mencakup masalah pengembangan kalender tanam dinamis juga bidang lain seperti pengembangan lanjut dari sistem peringatan dini banjir (Flood early warning System/FEWS) dan Sistem peringatan dini Kekeringan (Drought early warning System/DEWS). “FEWS dan DEWS semula dikembangkan bersama BMKG dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Dan, lewat kerjasama fase kedua ini melibatkan Badan Informasi Geopasial (BIG) dan BPPT,” paparnya.
Diketahui sebelumnya kerjasama Indonesia-Belanda juga telah menghasilkan sistim peringatan dini banjir yang dipakai pada daerah aliran sungai Ciliwung dan sekitarnya (Jabodetabek) dan tentunya akan terus dilakukan penyempurnaan sistem peringatan dini terhadap bahaya banjir agar dampak bencana tahunan tersebut bisa dikendalikan dan diminimalkan.
Sementara itu, ditempat terpisah terkait keberhasilan BMKG menginformasikan peringatan dini datangnya tsunami (InaTEWS) dalam waktu 5 menit, tak membuat lembaga itu berpuas diri. Ke depan, peringatan dini ini akan diperbarui menjadi 3 menit. Menurut Andi Eka Sakya, peringatan dini datangnya tsunami sangat dibutuhkan masyarakat yang tinggal di daerah pantai. Karenanya, semakin cepat informasi yang diterima, semakin banyak waktu untuk menyelamatkan diri.
“Kami pun bertekad akan memperbaiki sistem agar masyarakat dapat menerima peringatan dini stunami dalam waktu 3 menit. Dalam 5 tahun mendatang sampai 2019,” tandas Kepala BMKG usai membuka Rakornas BMKG bertema ‘Dengan Momentum Reformasi Birokrasi Kita Wujudkan Layanan MKKuG yang Berkualitas, Handal, Terpercaya, dan Berkelas Dunia’, di Jakarta. beberapa waktu lalu. (red/ju)