Nielsen merilis Laporan Pemasaran Tahunan 2022, yang menunjukkan para pemasar memprioritaskan saluran digital namun kesulitan untuk mengikuti perubahan perilaku media dari konsumen selama dua tahun terakhir ini.
Laporan itu mensurvei hampir 2.000 pemasar global di periode Desember 2021 dan Januari 2022 dan hasilnya mengungkapkan dominansi digital dalam angka belanja iklan dan juga memaparkan kurangnya keyakinan para pemasar pada data di balik keputusan tersebut.
Semakin besarnya fragmentasi digital, akurasi data laporan pemasar, pengukuran, dan Laba atas Investasi (ROI) menjadi perhatian utama para pemasar.
“Meski 69% pemasar percaya data pihak pertama itu esensial untuk strategi dan kampanye mereka, dan 72% pemasar percaya mereka memiliki akses ke data berkualitas, hanya 26% pemasar global yang sangat yakin dengan data audiens mereka,” kata Abhinav Maheshwari, VP, Marketing Effectiveness Nielsen APAC dalam keterangan resminya, Senin (18/04/2022).
Baca: Riset Nielsen: Hanya 26% Pemasar Global yang Yakin pada Data Audiens Mereka
Laporan Pemasaran Tahunan 2022 mendapati para pemasar di seluruh dunia menghadapi tantangan dan kesuksesan di area yang sama, yaitu media sosial adalah kanal berbayar paling efektif, dengan TikTok dan Instagram yang mendominasi pembelanjaan iklan.
Belanja iklan media sosial meningkat 53% di seluruh pemasar global, secara signifikan bahkan lebih dari total kenaikan belanja iklan TV dan radio. Kemudian munculnya TV yang terkoneksi (Connected TV – CTV) di nilai menghadirkan tantangan baru untuk solusi penyasaran yang sifatnya tradisional.
Itu karena perhatian terhadap CTV sedang meningkat di antara pemasar global, dengan 51% berencana untuk meningkatkan belanja iklan di CTV atau over the top di tahun mendatang.
Laporan itu juga mengungkapkan bahwa 60% pemasar di Asia-Pasifik memasukkan tanggung jawab sosial perusahaan, tata kelola lingkungan dan sosial (59%), dan keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (56%) dalam strategi marketingnya.
“Meski para pemasar global mengatakan merek mereka mendukung hal tersebut, data Nielsen menunjukkan bahwa 55% konsumen tidak yakin bahwa merek benar-benar melakukannya,” tutup Abhinav.
Baca: Riset Nielsen Ungkap Tren Konsumsi Media Masyarakat Saat Ramadan di Masa Pandemi