PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) yang berada di Jawa Tengah, belum lama ini sudah diresmikan Presiden Indonesia ke-7, Joko Widodo. Tercatat sudah banyak perusahaan besar menancapkan kukunya untuk membangun pabrik di sana, meski masih usia belia.
Namun, di balik kelincahan KITB dalam mengembangkan produknya, tentu saja tak lepas dari peran digitalisasinya. Dan lagi-lagi, digitalisasi di KITB sudah patut diacungi jempol. Hal ini seperti tergambar dalam pemaparan TOP Digital Awards 2024 yang diselenggarakan Majalah It Works, Rabu (13/11/2024).
Hadir dalam penjurian kali ini adalah Christina Apriani selaku Kepala Departement IT Smart and Green Technology KITB, Najib Ibrahim sebagai IT officer, Sujud Pamungkas sebagai IT Networking, dan Afin, IT Networking FO.
Dengan melakukan penjurian ini, KITB atau Grad Batang City masuk nominasi penerima penghargaan TOP Digital Awards 2024. Dalam penjurian kali ini, banyak terungkap keberhasilan KITB dalam pengembangan IT dan proses transformasi digital yang sudah positif demi mewujudkan kawasan industri yang berkelanjutan sesuai visi-misinya.
“Digitalisasi di KITB ini untuk menciptakan smart industrial KITB dengan menerapkan teknologi cerdas untuk kawasan industri, mendukung operasional yang efisien dan keamanan data tingkat lanjut. Seperti dengan tema kami saat ini,” ujar Apriani, mengawali presentasi tersebut.
Kata dia, digitalisasi sudah diterapkan dalam rangka mewujudkan strategi bisnis Perusahaan. Dalam hal pertama, Peningkatan Infrastruktur dan Fasilitas. Dalam hal ini, KITB telah membangun infrastruktur yang komprehensif, termasuk perumahan untuk pekerja, dua reservoir air baku, sistem pengolahan air bersih dan limbah yang ramah lingkungan, serta jaringan distribusi gas bumi.
“Fasilitas ini dirancang untuk memberikan kenyamanan dan efisiensi bagi tenant, yang saat ini terdiri dari perusahaan global seperti KCC Glass dan Yih Quan Footwear, serta perusahaan nasional lainnya,” jelasnya.
Strategi kedua, Kemitraan dengan Perusahaan Asing. Di sini KITB aktif menarik investasi dari berbagai perusahaan internasional, terutama di sektor manufaktur, dengan tujuan menjadikan kawasan ini pusat pertumbuhan ekonomi baru. Saat ini, investasi di KITB mencapai Rp14,8 triliun dan diharapkan dapat terus meningkat.
“Dengan target bisa menyerap hingga 250.000 tenaga kerja, KITB berfokus pada menciptakan lapangan kerja yang besar dan memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi lokal dan nasional,” lanjut dia.
Dan strategi ketiga adalah, Lokasi Strategis dan Fasilitas Ekspor. Dalam hal ini, KITB berada di lokasi strategis di Batang, Jawa Tengah, yang memudahkan akses ke pelabuhan dan infrastruktur transportasi lainnya, sehingga mendukung kegiatan ekspor. Misalnya, perusahaan Yih Quan Footwear di KITB baru-baru ini mengekspor produk ke Amerika Serikat, menunjukkan dukungan kawasan ini terhadap produksi dan ekspor.
Dan beberapa aplikasi yang sudah diterapkan, jelas Apriani, antara lain Network Operation Center (NOC) Terintegrasi. NOC di KITB adalah pusat kendali terintegrasi yang mengawasi seluruh jaringan dan infrastruktur digital secara real-time.
“NOC ini, bertujuan untuk memberikan visibilitas penuh terhadap aktivitas jaringan dan infrastruktur, mendeteksi serta merespons potensi gangguan dengan cepat,” katanya.
Dengan fitur unggulannya yaitu, monitoring jaringan secara real-time, sistem notifikasi otomatis saat ada gangguan, dasbor visual yang menampilkan status infrastruktur dan jaringan, pemantauan lalu lintas data dan keamanan jaringan.
Sementara untuk Perusahaan, aplikasi ini sangat bermanfaat yaitu: mengurangi downtime operasional dengan respons cepat terhadap insiden, meningkatkan efisiensi pengelolaan jaringan dan operasional IT, memperkuat keamanan data dan informasi Perusahaan, dan memberikan stabilitas dan keandalan jaringan untuk mendukung produktivitas.
Tak hanya itu, lanjut Apriani, ada juga Solusi bisnis Tenant Apps, yang dikembangkan tahun 2023 itu. Aplikasi ini adalah aplikasi digital yang dirancang untuk tenant KITB. Aplikasi ini memungkinkan tenant untuk mengakses berbagai layanan administrasi, melakukan pembayaran, dan berinteraksi dengan pengelola kawasan industri secara lebih mudah dan cepat.
Dengan fitur unggulannya yaitu, sistem pembayaran digital untuk tagihan sewa dan layanan lain, notifikasi pengingat pembayaran dan informasi penting, fitur pengajuan layanan atau permintaan dukungan teknis, dan dasbor untuk mengelola informasi akun tenant dan melihat histori transaksi.
“Dengan manfaat untuk perusahaan adalah, mempercepat dan mempermudah proses administrasi tenant, meningkatkan kepuasan tenant melalui layanan digital yang mudah diakses, mengurangi waktu dan biaya operasional untuk pengelolaan administrasi tenant, dan meningkatkan transparansi dalam interaksi antara tenant dan pengelola kawasan industry,” tegas dia.
Manfaatkan AI
Lebih jauh dijelaskan Apriani, selama ini KITB juga sudah memanfaatkan AI dalam melakukan pengembangan bisnis kawasan industri. Dan hal ini sudah diatur dalam Information Technology Control System (ITCS) di KITB.
“Secara teknis, penerapan Generative AI ini untuk pengaturan lalu lintas dan memiliki peran penting dalam mengelola sinyal lampu lalu lintas berdasarkan pola aktivitas kendaraan secara real-time. Generative AI pada ITCS menganalisis data lalu lintas dari berbagai sensor, kamera, dan perangkat IoT (internet of things) untuk mengidentifikasi kepadatan dan aliran kendaraan di area tertentu,” katanya.
Secara gamblang, dia menerangkan cara kerja dan manfaat dari pemanfaatan AI itu. Pertama, untuk analisis data secara real-time. Generative AI pada ITCS ini menerima data langsung dari berbagai sensor lalu lintas. Dengan analisis cepat, sistem dapat mengidentifikasi kemacetan, pola kepadatan, dan waktu puncak lalu lintas di kawasan industri.
“AI ini belajar dari pola tersebut untuk memprediksi situasi yang mungkin terjadi di masa mendatang, seperti penumpukan kendaraan saat jam sibuk,” katanya.
Kedua, optimasi pengaturan lampu lalu lintas. Kata Apriani, berdasarkan data lalu lintas, AI dapat mengatur durasi lampu hijau dan merah pada persimpangan untuk mengurangi waktu tunggu dan memperlancar arus kendaraan.
Misalnya, jelas dia, jika ada antrian panjang di satu arah, sistem dapat memperpanjang durasi lampu hijau untuk mengosongkan antrian, kemudian menyesuaikan arah lainnya. Dengan cara ini, AI tidak hanya mengurangi kemacetan, tetapi juga membantu menghemat waktu dan bahan bakar bagi kendaraan yang melintas.
Ketiga, pembelajaran berkelanjutan. Generative AI pada ITCS juga terus mempelajari perubahan pola lalu lintas dan memperbaiki pengaturan lampu lalu lintas dari waktu ke waktu. Seiring bertambahnya data yang diterima, sistem semakin canggih dalam memahami pola lalu lintas unik di kawasan KITB, sehingga dapat memberikan solusi optimal yang lebih sesuai untuk kebutuhan kawasan industri.
Keempat, efisiensi energi dan keamanan. Selain mengatur lalu lintas, sistem ini membantu mengurangi konsumsi energi dengan mengoptimalkan waktu operasional lampu lalu lintas. Dengan mengurangi jumlah kemacetan dan antrian, sistem juga meningkatkan keamanan dengan mencegah potensi kecelakaan yang sering terjadi akibat penumpukan kendaraan.
Dan kelima, pengawasan dan integrasi dengan Command Center. ITCS dengan Generative AI ini terintegrasi dengan Command Center di KITB, memungkinkan pengelola untuk memantau kondisi lalu lintas, melihat efektivitas pengaturan lampu lalu lintas, dan menyesuaikan pengaturan apabila diperlukan.
“Dengan adanya kendali penuh dan visibilitas ini, pihak Command Center dapat memastikan kelancaran lalu lintas dan merespon dengan cepat jika terjadi insiden atau masalah lalu lintas di Kawasan,” katanya.
Roadmap
Dijelaskannya, kiprah digitalisasi di KITB ini, tak lepas dari peta jalan (Roadmap) IT yang disusun KITB. Dalam hal ini, KITB memiliki roadmap inisiatif yang dibagi per tahun dengan fokus pada transformasi digital di awal dan peningkatan berkelanjutan hingga 2028 nanti.
“Untuk tahun 2024-2025, dilakukan digital transformation dan strategy alignment, termasuk implementasi dashboard eksekutif, sistem ERP, serta penguatan pusat data. Kemudian di tahun 2026, technology advancement dengan fokus pada peningkatan kapabilitas teknologi dan infrastruktur. Dan di tahun 2027-2028, dilakukan Business Sustainability dan Collaborative Enlargement untuk pengembangan berkelanjutan,” pungkas Apriani.
Editor: Fauzi