- Survei global oleh World mengungkapkan bahwa lebih dari 26% responden mengakui pernah menggoda chatbot berbasis AI, baik secara sadar maupun tidak.
- Kesadaran dan kehati-hatian pengguna dalam berinteraksi dengan AI sangat diperlukan guna menghindari jebakan digital yang semakin kompleks.
Tren interaksi manusia dengan kecerdasan buatan (AI) semakin meningkat. Sebuah survei global oleh World mengungkapkan bahwa lebih dari 26% responden mengakui pernah menggoda chatbot berbasis AI, baik secara sadar maupun tidak.
Di tengah popularitas AI dalam komunikasi digital, risiko penipuan cinta atau love scam juga semakin tinggi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia melaporkan bahwa dalam tiga bulan terakhir, kerugian akibat penipuan digital mencapai Rp 700 miliar, dengan lebih dari 42.000 pengaduan yang diterima oleh Indonesia Anti Scam Center (IASC).
Salah satu tantangan utama adalah penggunaan teknologi deepfake dan chatbot AI dalam skema penipuan. Para pelaku semakin lihai dalam membangun koneksi emosional dengan korban, membuat mereka sulit membedakan antara interaksi asli dan manipulasi digital.
Hasil Survei Global Survei yang melibatkan 90.000 responden dari sembilan negara ini juga menemukan:
- 90% responden menginginkan sistem verifikasi manusia di aplikasi kencan.
- 60% responden pernah mencurigai bahwa pasangan kencan online mereka adalah bot atau AI.
- 61% responden khawatir bertemu profil palsu saat menggunakan aplikasi kencan.
- 66% responden menilai aplikasi kencan belum cukup baik dalam memverifikasi pengguna.
- 21% responden pernah mengalami upaya phishing, sementara 10% berinteraksi langsung dengan bot.
Dengan semakin canggihnya AI, banyak orang kini bergantung pada chatbot untuk komunikasi yang lebih mendalam. Namun, di sisi lain, ancaman dari akun palsu dan bot semakin mengkhawatirkan.
Solusi Digital: Proof of Human
Sebagai respons atas meningkatnya penipuan digital, lebih dari 10 juta orang di dunia telah menggunakan World ID, sebuah sistem Proof of Human untuk memastikan identitas asli pengguna di internet. Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan transparansi dalam berbagai platform, termasuk aplikasi kencan, jejaring sosial, serta sistem pemungutan suara online.
“Dengan kemajuan AI, semakin sulit membedakan mana interaksi asli dan mana yang hanya manipulasi digital. Proof of Human menjadi solusi penting untuk mencegah penipuan dan melindungi kesejahteraan mental pengguna,” kata Wafa Taftazani, General Manager Indonesia di Tools for Humanity, dalam keterangannya, 18/02/2025.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, kesadaran dan kehati-hatian pengguna dalam berinteraksi dengan AI sangat diperlukan guna menghindari jebakan digital yang semakin kompleks.














