Pertumbuhan smartphone dan pengguna Internet sangat pesat di Indonesia. Tren itu menggenjot prospek bisnis dari industri pemasaran mobile dan pembayaran digital di Indonesia.
MMA mengungkapkan ada enam tren pemasaran mobile di Indonesia. Tren pertama, kemunculan berbagai penyedia layanan pembayaran digital di Indonesia yang cukup adaptif terhadap teknologi dompet seluler sebagai metode pembayaran. Tren pembayaran via smartphone ini juga diperkirakan akan mengalami peningkatan pada tahun 2019, mengingat pertumbuhan pembayaran mobile ini tergolong pesat pada 2018.
“Jumlah pengguna layanan ini disebut akan bertambah dengan peningkatan jumlah pengguna yang signifikan dalam waktu dekat,” kata Program Director APAC MMA Azalea Aina dalam keterangannya.
Tren kedua, konsumsi data internet di jaringan telekomunikasi Telkomsel mengalami pertumbuhan sebesar 50 persen di ranah video. Konsumsi video memberikan kontribusi sebesar 33 persen dari total penggunaan data telekomunikasi Telkomsel.
Konsumsi video tidak hanya mengalami peningkatan tetapi juga pergeseran dalam hal format video dari sebelumnya berformat horisontal, menjadi format vertikal. Tren itu juga didorong oleh kehadiran media sosial Instagram yang mempopulerkan format video vertikal ini.
“Kami menyarankan pemasar untuk mempersiapkan iklan video dalam berbagai format, termasuk format vertikal, untuk mengakomodir perubahan ini,” ucapnya.
Tren ketiga, peningkatan volume konten berlangganan. Data telkomsel menyebut pengguna layanan konten video gratis pada jaringannya berjumlah lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah pengguna layanan versi berlangganan seperti Netflix, iflix, HOOQ, Viu, dan lainnya.
Namun pengguna layanan versi berlangganan menggunakan data dalam volume lebih besar jika dibandingkan dengan pengguna layanan versi berbayar. Pertumbuhan data untuk layanan berbayar mengalami peningkatan sebesar dua kali lipat.
Tren keempat, adopsi pemasaran percakapan melalui aplikasi dan layanan pesan instan akan meningkat. Pemasaran via percakapan ini disebut mampu menjangkau konsumen dalam cakupan lebih luas, dan berinteraksi dengan konsumen secara lebih personal, namun dalam skala besar.
Tren kelima, game menjadi salah satu alat pemasaran yang akan populer pada 2019. Hal itu berkat makin besarnya penerimaan game mobile sebagai salah satu cabang olahraga digital, esport.
Pertumbuhan game mobile yang akan makin besar pada tahun 2019 ini disebut MMA akan memunculkan peluang pemasar untuk secara interaktif menyisipkan iklan mereka pada game mobile tersebut.
Tren terakhir atau keenam yaitu penipuan iklan, distribusi iklan yang tidak tepat medium penayangan atau bahkan tidak tayang. Pada tahun 2019 ini, pemasar disebut MMA akan semakin menyadari terkait penipuan iklan ini dan akan mulai lebih baik dalam memantau penayangan iklan.
Cara Bikin Iklan Digital untuk Tarik Banyak Pelanggan
Mobile Marketing Assosiation (MMA) mengungkapkan Indonesia memiliki potensi pemasaran digital yang besar karena jumlah pengguna ponsel pintar yang lebih besar dibandingkan dengan negara lain di dunia.
“Studi menyebut masyarakat Indonesia lebih banyak menggunakan ponsel pintar sebagai akses point membuka Internet. Indonesia itu mobile first country. Ini juga mengubah cara marketer untuk menempatkan iklan, tidak cukup hanya dengan cara tradisional,” kata Program Director APAC MMA Azalea Aina.
Menurut studi Global Web Index Mrket 2018, 97 persen masyarakat Indonesia menjadikan ponsel pintar sebagai alat utama dalam mengakses Internet dan 89 persen di antaranya merupakan pengguna perangkat Android.
Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap smartphone juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan konsumsi global yaitu selama empat jam dalam satu hari. Data Nielsen menyebut Indonesia mengeluarkan dana belanja iklan tanpa digital sebesar Rp38,2 triliun.
Sedangkan, biaya belanja iklan termasuk iklan digital di Indonesia mencapai Rp40,7 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa belanja iklan di Indonesia mencapai enam persen.
Azalea mengatakan pemasar harus menyesuaikan bentuk iklan yang akan didistribusikan kepada masyarakat dengan minat konsumen saat ini dan menyesuaikan biaya belanja iklan dengan memasukan saluran digital ke anggaran.
“Pemasar juga perlu beradaptasi dengan perubahan tersebut sehingga tidak hanya menggantungkan diri pada cara lama,” ucapnya.
MMA juga menilai pemasar perlu memahami tampilan visual iklan yang akan menarik perhatian konsumen, agar dapat menghadirkan iklan yang sesuai. Tidak hanya menyoal strategi untuk mendistribusikan iklan, pemasar juga perlu membekali diri dengan edukasi terkait dampak dari iklan.
MMA menyarankan pemasar untuk bekerja sama dengan berbagai pihak yang kompeten dalam mengukur distribusi dan efektivitas iklan, serta menjamin bahwa perusahaan mereka tidak akan menghadapi penipuan terkait dengan iklan yang mereka distribusikan.