Vice President Head of Digital Lifestyle Indosat Ooredoo, Rasyefki Sultani mengatakan kerjasama dengan perusahaan penyedia layanan over-the-top (OTT) sebetulnya tidak begitu sulit.
Hal itu ia sampaikan merespons polemik antara layanan video streaming Netflix dengan Telkomsel yang belum mencapai kata sepakat.
“Sebenarnya kalau kerjasama dengan Indosat itu, bukan sesuatu yang sulit. Kita selama ini menjaga hubungan baik dengan semua layanan OTT,” kata Rasyefki saat acara Kemitraan Strategis HOOQ & IM3 Ooredoo di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (27/1).
Menurut Rasyefki, biasanya kerjasama dengan layanan video-on-demand terkait pembukaan akses.
“Kalau dilihat beberapa operator lain yang sudah bekerjasama, mungkin bentuknya terkait pembukaan akses. Di Indosat pun seperti itu,” pungkasnya.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate telah meminta PT Telkom Indonesia (Persero) dan Netflix bisa duduk bersama untuk menyelesaikan masalah ‘pemblokiran’ layanan film streaming itu.
Menurut Johnny, pemblokiran itu masuk ke ranah hubungan antar bisnis (business to business) yang memperhitungkan keuntungan dan kerugian perusahaan.
“Kami harapkan agar Telkom dan Netflix bisa dapat segera diselesaikan secara bisnis to bisnis,” kata Johnny.
Johnny sesungguhnya tidak setuju dengan penggunaan kata ‘blokir’. Pasalnya pemblokiran tersebut adalah urusan snis. Ia percaya tanpa saran pun, pihak Telkom dan Netflix akan membicarakan urusan bisnis ini.
Beberapa waktu lalu, Johnny juga mengatakan pemblokiran salah satu layanan media streaming digital Netflix yang dilakukan Telkom adalah persoalan bisnis sehingga pihaknya tak memiliki wewenang untuk terlibat lebih jauh.
Lebih Pilih Kerjasama dengan Video Streaming
Lebih lanjut, Rasyefki mengatakan pihaknya lebih memilih untuk bekerjasama dengan layanan video streaming dibanding membuat layanan serupa. Sebab menurut Rasyefki, untuk membuat sebuah layanan video-on-demand itu butuh cost atau biaya yang banyak.
“Kita kalau mau bikin aplikasi atau layanan itu pasti ada cost [biaya] untuk buat aplikasinya. Yang kedua ada cost untuk isinya misal film, itu tidak efisien dari sisi cost,” kata dia.
“Belum tentu yang kita dapatkan akan seimbang. Lebih baik kita kerjasama dengan yang sudah menyediakan, yang memang ahli di situ. Kita perusahaan telekomunikasi tidak ahli untuk melihat film,” sambung Rasyefki.
Selain itu, Indosat menilai saat ini sudah ada berbagai macam layanan video-on-demand. Maka pihaknya pun urung untuk membuat layanan sendiri. Kendati demikian, Rasyefki mengaku belum ada pembicaraan soal akan melakukan kerjasama strategis dengan Netflix.
“Kalau Netflix dari sisi Indosat, kita tidak menghalangi untuk mengakses Netflix. Masih bisa menonton tapi dari sisi pembayaran belum bisa pakai potong pulsa. Kalau kerjasama lebih erat seperti strategis, untuk saat ini belum,” pungkas Rasyefki.
Sebelumnya, Telkomsel telah lebih dulu berkecimpung di pasar layanan video-on-demand dengan meluncurkan aplikasi MAXstream pada 2016 lalu.
MAXstream menawarkan ribuan film dan serial TV dari berbagai saluran. Ada tiga kategori saluran yang bisa diakses, yakni Channel Lokal, Channel Basic, dan Channel Premium.
Dengan aplikasi MAXstream, pelanggan juga dapat menikmati paket berlangganan menarik dari VideoMAX, seperti HOOQ, VIU, CATCHPLAY, dan Nickelodeon Play.