Xiaomi resmi merilis smartphone flagship terbarunya Mi 10 di Indonesia. Xiaomi Mi 10 menjadi smartphone termahal Xiaomi yang resmi dijual di Indonesia sejauh ini.
Mi 10 sendiri sebelumnya sudah dirilis di China pada Februari lalu. Selain Mi 10, Xiaomi juga menghadirkan Mi 10 Pro di China yang memiliki spesifikasi lebih tinggi ketimbang versi biasa.
Namun, Xiaomi hanya memboyong Mi 10 biasa ke Indonesia. Perusahaan asal China tersebut menjelaskan, keputusan tersebut diambil karena Mi 10 dianggap lebih cocok untuk target pangsa pasar mereka di Indonesia.
“Kami menyesuaikan produk yang kami bawa dengan target konsumen kami,” ungkap Country Director Xiaomi Indonesia, Alvin Tse, dalam konferensi virtual, Jumat (8/5).
“Menurut kami, membawa smartphone ke Indonesia perlu banyak pertimbangan. Di Indonesia, kami pikir Mi 10 lebih cocok daripada Mi 10 Pro,” sambungnya.
Alvin tidak menjelaskan alasan lebih lanjut kenapa Mi 10 lebih cocok bagi konsumen di Indonesia ketimbang Mi 10 Pro. Namun, dia menegaskan bahwa dalam waktu dekat pihaknya belum berencana untuk membawa Mi 10 Pro ke Indonesia.
Kedua smartphone ini sebenarnya memiliki kemiripan spesifikasi. Di bagian layar, misalnya, keduanya sama-sama memakai layar lengkung AMOLED 6,67 inci beresolusi Full HD Plus (1080 x 2340 pixel). Layarnya itu memiliki refresh rate 90 Hz dan touch sampling rate 180 Hz.
Untuk dapur pacunya, Xiaomi Mi 10 dan Mi 10 Pro juga kompak memakai prosesor Qualcomm Snapdragon 865 dan kartu grafis Adreno 650. Di bagian kamera, kedua flagship terbaru Xiaomi itu memakai kamera utama beresolusi 108 MP. Perbedaan kedua ponsel terletak pada ketersediaan varian RAM dan memori internal, kamera pendukung, dan kapasitas baterai.
Di China, Mi 10 Pro punya kapasitas RAM dan memori internal yang lebih tinggi dengan varian 8/256 GB, 12/256 GB, dan 12/512 GB. Sedangkan versi biasa hanya memiliki varian RAM dan memori internal 8/128 GB, 8/256 GB, dan 12/256 GB. Di Indonesia, Xiaomi hanya menawarkan 8 GB RAM dan 256 GB memori internal dengan harga Rp 10 juta.
Perbedaan spesifikasi keduanya juga terletak pada kapasitas baterai. Xiaomi menanamkan baterai 4.780 mAh untuk Mi 10 serta dukungan fast charging 30 watt, sedangkan Mi 10 Pro hanya dibekali baterai 4.500 mAh, tetapi dengan fast charging 50 watt.
“Seperti yang kalian tahu, Xiaomi merupakan perusahaan yang mengambil keuntungan tipis,” kata Alvin. “Jadi, kalau kami tidak mempertimbangkan banyak hal dan membawa produk yang tidak tepat, kami hanya akan kehilangan uang,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Alvin Tse juga menanggapi rumor keberadaan Mi 10e, varian smartphone Mi 10 yang disebut lebih murah dari versi Mi 10 biasa. Rumor tersebut muncul pada pekan ini, ketika situs uji kemampuan smartphone Geekbench menampilkan Mi 10e dalam database mereka.
Sangat sedikit yang dapat diketahui dari smartphone Mi 10e yang ditampilkan Geekbench. Database mereka hanya menyebut Mi 10e dibekali prosesor Exynos 990, RAM 8 GB, dan sistem operasi Android 10. Perangkat tersebut mencapai nilai 913 poin dalam pengujian single-core Geekbench, dengan 2755 poin untuk pengujian multi-core.
Meski ramai dibicarakan oleh Mi Fans, Alvin Tse enggan berkomentar banyak terkait rumor tersebut. “Saya belum mendengar apa itu Mi 10e. Kami tidak mau berkomentar soal rumor di internet,” pungkasnya.