Penelitian yang dilakukan oleh British Council, AVPN (Asian Venture Philanthropy Network) dan Badan PBB untuk Bidang Ekonomi dan Sosial di Asia PAsifik (UN – ESCAP), terhadap 1388 usaha di Indonesia pada tahun 2019, mengungkap:
Meski usaha sosial-kreatif mengalami pertumbuhan pesat dalam lima tahun terakhir, namun sebagian besar CSE di Indonesia belum pernah memperoleh pendanaan eksternal.
Sebanyak 45 persen usaha sosial kreatif di Indonesia menggunakan sumber keuangan pribadi untuk mendanai usahanya dan kurang dari 1 persen pernah mengakses investasi ekuitas.
Selain karena akses yang terbatas ke investor, para pelaku usaha juga kesulitan untuk memenuhi persyaratan agunan dan menyediakan penjamin.
Sebanyak 22 persen usaha sosial di Indonesia merupakan jenis usaha kreatif seperti busana, fotografi, wisata, dan lainnya.
Kemudian, dari sisi tingkat partisipasi, kalangan perempuan dan anak muda lebih banyak di bidang ini dibandingkan jenis usaha lainnya. Jumlah rata-rata pekerja perempuan yang bekerja di sektor usaha sosial kreatif yakni 3,8 persen. Angka ini lebih tinggi dari jumlah rata-rata pekerja perempuan di semua sektor usaha, yakni 0.6 persen.
Sementara jumlah rata-rata anak muda berusia di bawah 35 tahun yang dipekerjakan di CSE adalah 3.9 persen, sedangkan di sektor usaha lain hanya 0,7 persen.
Temuan penelitian juga memperlihatkan, ada potensi pertumbuhan ekonomi yang ditawarkan usaha sosial kreatif dengan menciptakan lapangan kerja bagi perempuan, anak muda dan penyandang disabilitas untuk turut berpartisipasi aktif dan berkontribusi pada pembangunan.
“Usaha sosial kreatif dibentuk untuk tujuan yang tidak semata-mata menghasilkan pendapatan saja, tetapi lebih penting lagi untuk mengatasi kesenjangan dan kurangnya kesempatan ekonomi bagi anak muda, perempuan, dan penyandang disabilitas,” ujar Country Director British Council Indonesia, Hugh Moffatt dalam peluncuran laporan “Lanskap Usaha Sosial-Kreatif di Indonesia” via daring, Rabu, 9/9.
Dia mengatakan, dalam kerangka program Developing Inclusive and Creative Economies (DICE), penelitian ini bisa berkontribusi dan menyebarkan gagasan untuk memperkuat sektor usaha sosial-kreatif serta bertukar pengetahuan dan pengalaman negara Inggris-Indonesia untuk kesejahteraan bersama.