Rey, start-up health insurtech berbasis aplikasi, hadir di Indonesia dengan visi menghadirkan model baru berasuransi. Yaitu pemaduan produk asuransi jiwa dan kesehatan yang dirancang khusus dengan ekosistem layanan kesehatan yang terintegrasi secara digital. Mulai dari pemeriksaan gejala mandiri berbasis AI, telekonsultasi dengan dokter, hingga pemesanan dan pengiriman obat sesuai resep dokter.
Ide Rey dimotori oleh dua anak muda, yaitu Evan Tanotogono (CEO & Co-Founder) dan Bobby Siagian (CTO & Co-Founder). Kemunculan Rey berawal dari keinginan mereka untuk turut berkontribusi meningkatkan penetrasi asuransi jiwa & kesehatan di Indonesia melalui pendekatan yang baru dan berbeda.
“Rey memang hanya berfokus pada produk-produk asuransi kesehatan, jiwa, dan penyakit kritis saja. Namun, dijalankan dengan inovasi secara end-to-end–mulai dari distribusi digital, integrasi dengan layanan kesehatan baik online maupun offline, serta pemanfaatan fitur-fitur wellness,” jelas Evan, dalam keterangannya, 13/09/2021.
“Banyak pain points yang kami lihat di industri asuransi jiwa dan kesehatan di Indonesia yang sifatnya mengakar sehingga pendekatan yang Rey lakukan bukan sekadar mendigitalisasi bagian dari proses yang sudah lama ada melainkan mendesain ulang bagaimana seharusnya asuransi kesehatan, jiwa, dan penyakit kritis ditawarkan di Indonesia,” tutur Evan.
Masalah lain yang menjadi peluang bagi perusahaan health insurtech seperti Rey untuk meningkatkan penetrasi asuransi digital di Indonesia adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat sejak pandemi COVID-19, yaitu cara menangani kesehatan. Masyarakat mulai sadar pentingnya memiliki perlindungan melalui asuransi, adanya upaya hidup lebih sehat, hingga kesadaran untuk memanfaatkan teknologi di bidang kesehatan.
Rey memberikan akses penuh bagi para Member untuk mengakses layanan kesehatan, seperti layanan pengecekan gejala mandiri (self-diagnostics) berbasis Artificial Intelligence, layanan telekonsultasi dokter, dan pemesanan dan pengiriman obat sesuai resep, hingga kunjungan ke dokter di klinik rekanan secara cashless berbekal aplikasi Rey.
“Dari sisi layanan kesehatan, Rey menitikberatkan lebih kepada kualitas perawatan (quality of care). Fitur dan alur yang ada di Rey, mulai dari dari self-diagnostics hingga telekonsultasi dan pembelian obat, dirancang agar para Member Rey bisa mendapatkan kenyamanan menyeluruh yang maksimal meskipun dari layanan telekesehatan. Rey juga menyediakan dokter khusus yang sudah terpilih dan terkurasi untuk layanan telekonsultasi sehingga standar pelayanan dapat dijaga secara baik,” sebut Evan.
Adanya peranan data dan analitik juga ikut berperan meningkatkan kualitas layanan telekonsultasi Rey. Bobby mengungkapkan bahwa adanya kemampuan data dan analitik akan membantu meningkatkan kenyamanan karena dokter menerima informasi kesehatan menyeluruh dari masing-masing Member. Hasilnya, dokter bisa memberikan layanan yang lebih personal dalam waktu yang relatif lebih singkat dengan diagnosis yang lebih akurat.
Evan menegaskan Rey bukan merupakan Penanggung Asuransi, tetapi bermitra dengan perusahaan-perusahaan asuransi serta pialang yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Rey juga bukan sebagai penyedia praktik pengobatan dan/atau praktik layanan dan perawatan medis, tetapi mengintegrasikan berbagai layanan kesehatan dari penyedia yang berlisensi dan memiliki teknologi yang mumpuni.
Baca: Insurtech Diharapkan Dorong Percepatan Inklusi Asuransi di Indonesia