Asosiasi Fintech Indonesia (Indonesian Fintech Association/AFTECH) menjalankan empat inisiatif dalam mewujudkan digitalisasi layanan keuangan di Indonesia.
“Advokasi kebijakan, kolaborasi komunitas, edukasi keuangan, serta intelijensi dan pusat pengetahuan adalah empat hal yang AFTECH terus upayakan untuk mewujudkan digitalisasi layanan keuangan,” kata Pandu Patria Sjahrir selaku Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (Indonesian Fintech Association/AFTECH) melalui keterangannya, Kamis, 23/03/2022.
“Hal lain yang perlu diwujudkan adalah infrastruktur digital, salah satunya data centre. Investasi yang signifikan dibutuhkan untuk menjadi berdaulat dalam hal data,” ia menegaskan.
Ia pun menyampaikan adanya tren peningkatan berinvestasi, “Dalam kurun waktu 18 bulan terakhir, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan adanya kenaikan signifikan terhadap jumlah investor retail, terutama segmen muda. Segmen ini juga lebih memiliki wawasan terhadap apa yang diinvestasikan, termasuk saham,” terangnya.
Menurut Pandu yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah lebih banyak lagi perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa, yang memiliki kinerja yang berkualitas dan profitabilitas yang baik.
Yang tidak kalah penting, lanjut Pandu, mengenai akses ke layanan keuangan digital yang lebih luas turut. “Hal ini dapat diwujudkan melalui penggunaan QRIS yang difasilitasi oleh Bank Indonesia.
“Tujuannya, agar semakin meningkatkan efisiensi transaksi secara digital sejak 2019. Hingga saat ini jumlah penggunanya sudah mengalami peningkatan hingga lebih dari 10 juta dan akses transaksi QRIS ini juga turut difasilitasi oleh berbagai layanan keuangan digital termasuk LinkAja,” imbuh Pandu.
Baca: Pemerintah Gandeng AFTECH Kembangkan Strategi Nasional Ekonomi Digital
Pendapat senada juga disampaikan Aldi Haryopratomo selaku Board of Commissioner Halodoc, Efishery, & Mapan, “Kemudahan akses dan penggunaannya memungkinkan lapisan masyarakat yang ada di taraf berpenghasilan rendah kini juga bisa ikut menggunakan QRIS.”
Menurutnya manfaat dari kehadiran QRIS yaitu mampu menjembatani penyedia layanan keuangan, baik itu pemodal, asuransi, manajemen aset dengan UMKM. Serta data riwayat transaksi para merchant kini terekam dan memudahkan lembaga asuransi untuk menilai risiko para UMKM yang menggunakannya.
Terkait upaya mewujudkan pembayaran elektronik ini, CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro menjelaskan, “Perkembangan pembayaran elektronik semenjak diregulasi oleh Bank Indonesia lebih dari satu dekade lalu, masih tidak lepas dari pemerataan inklusi keuangan di berbagai wilayah.”
Ia mengungkapkan kecepatan adopsi jenis transaksi elektronik di tengah masyarakat Indonesia yang tinggal di kota-kota tier 1 tidak sama cepatnya dengan penduduk di wilayah lainnya. Teknologi serta infrastrukturnya sangat berpengaruh, misalnya dalam hal kepemilikan dan penggunaan ponsel pintar.
Dalam perspektif investor, besaran keutungan yang didapatkan dari layanan pembayaran elektronik sangatlah kecil atau bahkan hampir nihil. “Namun menyadari bahwa layanan ini adalah kebutuhan sehari-hari, maka menjadi langkah yang tepat untuk menumbuhkan basis pelanggan,” tutupnya.
Baca: AFTECH Berkomitmen Terapkan Praktik Bisnis Bertanggungjawab