Jakarta, Itech- Data statistik kejadian dalam 50 tahun terakhir yang dikutif Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menyebut sekitar 75% El Nino kuat dapat diikuti oleh munculnya La Nina. Dengan demikian, diperkirakan El Nino 2015/2016 sangat berpeluang diikuti oleh La Nina.
“BMKG memprediksi peluang La Nina mulai muncul pada periode Juli, Agustus, September dengan intensitas lemah sampai sedang. Saat ini kondisi angin monsun timuran mulai menguat, menunjukkan kita berada pada musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau,” jelas Kepala BMKG Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng di Jakarta, (3/6).
Namun, bersamaan dengan munculnya La Nina, terdapat pula fenomena lain yang perlu diperhatikan yaitu Dipole Mode Negatif atau kondisi suhu muka laut di bagian barat Sumatera lebih hangat dari suhu muka laut di pantai timur Afrika.
Kondisi ini menyebabkan tambahan pasokan uap air yang dapat membuat bertambahnya curah hujan untuk wilayah Indonesia bagian Barat pada Juli hingga September. Hal itu memungkinkan beberapa daerah mengalami periode musim kemarau dengan sifat hujan atas normal atau kemarau basah. Dampak negatif dari kemarau basah di antaranya menurunnya hasil produksi beberapa komuditas perkebunan seperti tembakau, tebu, dan teh serta tanaman hortikultura lainnya. (red/ju)