Jakarta, ItWorks- Memasuki era industri keempat (industri 4,0) pola kerja masyarakat di dunia akan terus berubah seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Disrupsi di berbagai sektor menuntut adaptasi yang cepat bagi sumber daya manusia (SDM) dengan munculnya pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan penguasaan keahlian baru.
Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035. Di antaranya meliputi industrialisasi berbasis hilirisasi industri, pemanfaatan teknologi dan digitalisasi melalui Making Indonesia 4.0, pengembangan industri hijau untuk pertumbuhan berkelanjutan, dan tentunya penguatan SDM Industri sebagai pondasi dari berbagai kebijakan tersebut.
Demikian diungkapkan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam Kuliah Umum bersama para mahasiswa dan siswa sekolah Kemenperin di Politeknik ATI Padang, (4/9/2023), dilansir dalam siaran pers.
Untuk mewujudkan agenda Visi Indonesia Maju 2045, industri manufaktur sebagai pilar pembangunan juga harus tumbuh dalam fase dan kecepatan yang diharapkan. Saat ini, Indonesia sudah keluar dari middle income trap dan masuk menjadi bagian middle income countries.
“Sekarang pendapatan perkapita rata-rata adalah USD4.400 dan kita berharap dengan berbagai kebijakan dalam dua tahun ke depan, bisa mencapai titik USD5.500. Suatu target yang sangat challenging, tapi sebagai bangsa besar, kita harus berani menetapkan agenda besar,” ujar Menperin.
Disebutkan, dalam Future of Jobs Report World Economic Forum (WEF) tahun 2023, di era Industri 4.0 terdapat pekerjaan baru yang muncul maupun hilang sepanjang tahun 2023-2027 seiring perkembangan teknologi. Untuk itu, Menperin berpesan kepada para siswa dan mahasiswa agar terus mengembangkan potensi diri dengan belajar dari berbagai sumber.
“Setidaknya ada tiga literasi baru yang harus dikembangkan, yaitu literasi data, literasi teknologi, serta literasi sosial, yaitu kecakapan komunikasi, kemampuan berpikir kritis dan sistemik, kepemimpinan, kecerdasan emosional, kecerdasan budaya, kewirausahaan, dan yang tak kalah penting adalah kecerdasan spiritual,” papar Agus.
Menperin juga menekankan pentingnya mempersiapkan mindset untuk berani berpikir dan melangkah di luar kebiasaan. “Harus berani berpikir dan melangkah out of the box dalam mencari solusi-solusi yang dihadapi bangsa kita, khususnya yang dihadapi oleh industri, serta bagaimana pemikiran out of the box itu bisa menjawab tantangan dengan cepat,” pesannya.
Sebagai upaya menyiapkan SDM industri yang kompeten, Kemenperin saat ini telah menyediakan infrastruktur dan sarana prasarana melalui 11 Politeknik, dua Akademi Komunitas, sembilan SMK Vokasi Industri, dan tujuh Balai Diklat Industri yang berada di bawah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin. Menurut Menperin, tantangan dalam pengembangan SDM industri saat ini adalah untuk mencetak SDM industri dalam jumlah banyak. Ia meyakini unggulnya kualitas pendidikan di sekolah dan politeknik vokasi milik Kemenperin, namun peningkatan kuantitas untuk mengejar kebutuhan sektor industri sangat diperlukan. (AC)