Studi VIDA mengungkapkan kesenjangan kesadaran terkait ancaman deepfake yang mengkhawatirkan di Indonesia.
Studi tersebut dimuat dalam whitepaper: “WHAT THE FAKE?: Siapkah Bisnis di Indonesia Melawan Penipuan Deepfake yang Dihasilkan AI?” yang diluncurkan di Jakarta, Rabu, 24/04/2024. Salah satu temuannya, hanya 58% profesional di Indonesia yang mengetahui tentang deepfake, dan 90% tidak yakin bagaimana cara melawan penipuan deepfake secara efektif.
Di tengah kondisi nasional dimana Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan 361 juta serangan siber pada Januari hingga Oktober 2023 yang mengakibatkan kerugian finansial sebesar Rp14,5 triliun, kebutuhan akan solusi keamanan siber yang tangguh menjadi semakin mendesak.
Ketika bahaya penipuan digital semakin meningkat, penipuan AI generatif seperti deepfake, adalah salah satu ancaman paling berbahaya bagi identitas individu dan perusahaan.
Untuk mengatasi tantangan besar ini, VIDA memperkenalkan VIDA Deepfake Shield, solusi pertahanan canggih berlapis yang dirancang untuk memberdayakan bisnis digital dalam mendeteksi dan menetralisir penipuan deepfake secara efisien.
Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, menyoroti pentingnya dukungan edukasi serta kesadaran untuk memperbaharui teknologi keamanan digital yang digunakan, “Kita perlu memahami dan mengantisipasi ancaman digital ini. Perlu penerapan best practice dan juga kebijakan tata kelola yang memadai. Bentuk kejahatan siber terus berkembang, maka pelaku industri juga harus adaptif. Saya mengapresiasi inovasi VIDA sebagai salah satu Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) Indonesia yang telah merancang solusi pertahanan berlapis untuk mendeteksi dan menetralisir penipuan siber secara efektif.”
Niki Luhur, Founder and Group CEO of VIDA, menekankan gawatnya situasi ini, “Teknologi deepfake memperkenalkan era baru ancaman dunia maya yang mampu menghancurkan kepercayaan dan keamanan dalam interaksi bisnis digital dalam sekejap. Hal ini mengkhawatirkan karena sebagian besar profesional melakukan aktivitas dalam ketidaktahuan, rentan terhadap jenis penipuan digital yang dapat langsung mengurangi kepercayaan dan keamanan. Kita dipanggil untuk mengambil tindakan untuk mempersenjatai diri kita melawan ancaman dunia maya yang canggih ini.”