Virtualisasi telah berkembang jauh melebihi sekedar konsep di Asia Pasifik. Tak hanya itu, virtualisasi telah berkembang menjadi sumber keuntungan kompetitif di bisnis saat ini, faktanya pelaku bisnis melihat virtualisasi sebagai bagian tak terpisahkan dari strategi perusahaan.
“Banyak perusahaan mengakui virtualisasi sebagai pendorong bisnis mereka. Sebab, virtualisasi menawarkan kelincahan bisnis dan menyederhanakan operasional secara dramatis,” ujar Country Manager VMware Indonesia, Andreas kagawa di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, melalui virtualisasi organisasi dapat mengurangi belanja modal dan operasional, serta meminimalkan setiap potensi kehilangan pendapatan yang berhubungan dengan downtime, pemadaman dan kegagalan, serta memungkinkan tenaga kerja untuk pindah dari tugas rutin ke proyek strategis. “Virtualisasi memberi kemampuan masyarakat dan organisasi untuk berpindah dari komputasi era client server ke era mobile cloud,” ujarnya.
Dijelaskan, virtualisasi, juga menghemat sekitar US$ 242 juta dari biaya admin server yang dapat dihindari. Perhitungan ini mengarah pada biaya admin yang dapat diindari dalam pengelolaan setiap server fisik. “Kalau mau dihitung keuntungan dari virtualisasi ini setara dengan pembangunan 7 data center, sedangkan dari daya dan pendingin nilainya setara dengan pembangunan 1.300 km fiber optic Maluku-Papua,” kata Andreas.
Studi Server Economic Index yang digelar International Data Corporation (IDC) dan disponsori VMware menunjukan dampak positif ekonomi dari virtualisasi server dari 2003 sampai 2020 di Indonesia sekitar US$ 1,25 miliar atau sekitar Rp 14,055 triliun. Sementara untuk kawasan Asia Pasifik, lanjut dia, belanja yang dapat dihindari dengan adanya virtualisasi sekitar US$ 98 miliar.
Studi IDC ini juga menemukan pasar yang matang yaitu Australia, Jepang, dan Singapura memperoleh US$ 8 miliar lebih banyak dalam penghematan virtualisasi. “Untuk wilayah matang penghematan utama sekitar 47 persen disumbang dari biaya server yang dapat dihindari,” ujarnya.
Sedangkan untuk pasar yang berkembang seperti Tiongkok, India, Indonesia, Malaysia, dan Thailand penghematan dari virtualisasi sekitar US$ 15 miliar daripada pasar matang. Tiongkok diperkirakan dapat meningkatkan biaya yang dapat dihindari lebih dari lima kali dengan ramalan penghematan sekitar US$ 39 miliar. Hal ini terjadi karena virtualisasi di negara tersebut memiliki tingkat terendah. Studi ini menunjukan biaya dapat dihindari untuk kategori belanja server tercatat hampir US$ 48,7 miliar sepanjang 2003-2020. Wilayah penghematan lainnya yang signifikan adalah biaya daya sekitar US$ 17,6 miliar. (ju)