Satu dekade lalu, masih banyak masyarakat yang masih awam dengan istilah bisnis online. Barangkali sudah sering mendengar, namun banyak yang kurang peduli. Sehingga, masih sedikit orang yang tertarik berbisnis online.
Saat ini, Indonesia mengalami tren pertumbuhan pengguna internet yang meningkat, data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia dari tahun 2013 hingga 2015 pengguna internet Indonesia meningkat dari 82 juta orang menjadi 139 juta orang. Suatu pertumbuhan yang sangat signifikan.
Seiring bertumbuhnya pengguna internet di Indonesia, maka terjadi pergeseran pola pikir dari yang tadinya kurang peduli dengan bisnis online menjadi sadar dan mulai penasaran, hingga akhirnya mau mencoba.
Tambahan lagi, para pelaku bisnis online yang sudah berhasil banyak yang berbagi kisah sukses mereka, sehingga makin banyak pula orang yang ingin mengikuti jejaknya.
Maka tak heran jika sekarang banyak bermunculan pelaku bisnis online, tulisan dalam berbagai bentuk yang berbagi kiat-kiat berbisnis online atau cara sukses menjalani profesi sebagai internet marketing. Tidak ketinggalan, berbagai aplikasi dan tools untuk menjalankan bisnis online dan internet marketing semakin banyak tersedia di Google Play atau Apple Store, baik secara gratis atau berbayar.
Pelaku bisnis online bisa berasal dari berbagai lapisan masyarakat: pengusaha muda, Usaha Kecil Menengah, mahasiswa, pelajar juga kalangan emak-emak! Istilah kerennya, start up yaitu orang atau sekelompok orang yang mulai melakukan bisnis dengan basis platform internet.
Bisnis online juga men-disrupsi bisnis yang dilakukan secara offline. Contohnya berbagai e-commerce: Bukalapak, Bli-bli, Shopee, Lazada, Tokopedia sebagai toko virtual menggantikan mal! Termasuk, MLM yang kini juga dijalankan lewat internet.
Meski bisnis online sering mendapat label sebagai jenis pekerjaan atau usaha yang tidak realistis, sering menjual barang “palsu”, bahkan ada kasus penipuan tapi namun bisnis jenis ini tetap tumbuh, mampu menciptakan banyak lapangan kerja, mendapat sambutan di masyarakat, dan didukung pemerintah.
Bisnis online yang sukses akan mendapat status unicorn yaitu nilai perusahaannya di atas Rp 1 triliun. Contohnya: Go-Jek, Bukalapak, dan Traveloka.
Kemudahan Menjalankan Bisnis Online
Kini untuk mengakses internet tidak harus menggunakan personal computer atau laptop. Cukup menggunakan smartphone, misalkan yang berbasis android, dan berlangganan paket data maka akses internet tinggal click.
Harga smartphone dan biaya berlangganan paket data yang kian murah merupakan faktor pendorong orang berbondong-bondong menjalankan bisnis online secara mobile atau dapat dilakukan dari mana saja dan kapan saja.
Apalagi sudah banyak aplikasi social media (Facebook, Instagram, Twitter) dan instant messaging (WhatasApp, LINE, BBM) yang bisa dijadikan tempat berjualan alias toko virtual.
Kita tinggal menggunduh aplikasi yang ingin kita jadikan toko virtual kita, biasanya dengan proses membuat user name dan password. Lalu kita invite teman-teman atau orang-orang yang ingin kita jadikan target market barang atau jasa yang akan kita tawarkan. Lebih cepat lagi jika kita banyak bergabung dengan grup-grup.
Posisi kita bisa kita tentukan sendiri apakah menjadi produsen atau penyedia barang atau jasa, reseller yaitu menjual kembali suatu barang milik orang lain. Yang penting adanya jaminan untuk kualitas barang atau jasa yang kita tawarkan, maka konsumen akan memberikan kepercayaan.
Cara pembayaran di bisnis online juga sangat mudah karena banyak pilihan saluran pembayaran, apakah lewat bank, toko ritel, kantor pos, atau COD. Untuk pengiriman banyak bisa menggunakan jasa transportasi online atau kantor pos.
Risiko Dari Bisnis Online
Setiap jenis bisnis online tersebut memiliki risiko yang berbeda-beda, tergantung jenis produknya dan konsep bisnisnya.
Sebelum menjalankan sebuah bisnis online, ada baiknya kita mengetahui dan mengenal apa saja risiko bisnis online, dengan begitu kita bisa menemukan cara meminimalisir kerugian yang terjadi dan mencari solusi untuk mengatasi risiko tersebut, berikut beberapa risiko yang mungkin terjadi:
Pasar di internet semakin ramai dan sesak. Strategi yang disarankan adalah menjual produk yang trennya berjalan agak lama ketimbang produk yang sering berganti tren.
Penipuan yang dilakukan pembeli atau penjual. Anda harus siap menghadapi risiko bisnis online yang satu ini. Fakta bahwa para penjual online tidak mengenal konsumen mereka menjadi “pintu masuk’ bagi para penipu yang mencoba menipu para pebisnis online. Maka berhati-hatilah sebelum melakukan transaksi.
Stok barang. Kita bisa kehilangan konsumen saat barang yang kita jual tidak tersedia. Barang yang habis dan lama restock akan membuat bisnis kita kehilangan banyak calon pembeli. Jika kita menjual barang sendiri, maka tantangannya adalah ketersediaan barang yang harus kita kontrol sendiri. Jika menjual produk orang lain, maka tantangannya adalah ketersediaan barang tersebut di supplier harus selalu di cek. Solusinya adalah memastikan kita bekerjasama dengan supplier yang barangnya selalu ready stock dan punya komitmen yang baik.
Semoga bermanfaat.
Penulis: Indah Widaryanti, mahasiswi dan pemerhati IT
(artikel sudah diedit oleh Redaksi It Works tanpa mengurangi maksud dan makna isi artikel)














