ItWorks- Brand di Indonesia, sebagaimana di seluruh dunia, rentan terhadap pelaku kejahatan yang memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan berita bohong dan disinformasi yang berpotensi merusak reputasi bisnis. Karena itu penting bagi brand dan para pemimpin bisnis di Indonesia untuk bergerak cepat menghalau potensi krisis sebelum disinformasi mengancam reputasi perusahaan, merusak harga pasar, atau mengganggu proses operasional bisnis.
Beranjak dari hal tersebut, Vero ASEAN, agensi PR dan digital terkemuka di ASEAN, meluncurkan PR playbook guna membantu pemimpin bisnis dan brand untuk menghadapi ancaman berita bohong yang dapat merusak reputasi perusahaan.
PR Playbook, yang dapat diunduh di situs web Vero, merupakan sebuah panduan untuk mengidentifikasi berbagai dampak buruk akibat serangan berita bohong dan disinformasi sekaligus memberikan solusi pencegahan yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk melindungi reputasinya. Pedoman ini menawarkan analisis yang mencakup tiga zona risiko utama pada bisnis yang rentan terhadap serangan disinformasi, yakni aktivitas yang terkait dengan brand, kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan bisnis perusahaan, dan aktivitas yang berhubungan dengan individu.“Kita berada di era disinformasi, dimana pelaku kejahatan acapkali diuntungkan dalam berbagai situasi,” ungkap Managing Director Vero, Brian Griffin dalam rilis pers yang diterima redaksi (09/07/2021).
“Tidak mungkin untuk menghentikan serangan disinformasi sepenuhnya, untuk itu para pemimpin bisnis dan brand harus mengambil pendekatan secara proaktif untuk mengelola ancaman ini,” tambahnya.
Saat ini katanya, lebih banyak berita bohong dan disinformasi di Indonesia yang mengarah pada Covid-19 dan program vaksinasi. Mengutip data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), terhitung sejak Januari 2020 hingga 23 Mei 2021, setidaknya terdapat 1.587 berita bohong terkait penyebaran Covid-19 yang ditemukan di media sosial. Ada beberapa kasus yang mencuri perhatian masyarakat, salah satunya disinformasi mengenai brand terkemuka penyedia vaksin Covid-19 yang menyebabkan reputasi brand tersebut diragukan dan membuat masyarakat ragu untuk melaksanakan vaksinasi.
“Konten palsu biasanya disebarkan melalui platform media sosial untuk menciptakan respon emosional, terutama ketakutan dan kebencian, serta memecah belah pendapat publik,” tutur Diah Andrini Dewi, Account Director Vero Indonesia.
Saat ini lanjutnya, kita melihat bahwa banyak orang di Indonesia yang enggan untuk divaksinasi akibat berita bohong dan disinformasi seputar cara pembuatan vaksin dan teori konspirasi terkait vaksin. Selain itu, berita bohong terkait COVID-19 sebenarnya hanyalah salah satu contoh. Ada banyak zona risiko lain terhadap serangan disinformasi sehingga sangat penting bagi para pemimpin bisnis untuk melindungi brand mereka terhadap bahaya disinformasi yang dapat berdampak negatif bagi bisnis dan citra perusahaan.”
Selain membahas tentang ancaman disinformasi, PR Playbook ini juga menawarkan beberapa saran untuk brand dalam mempersiapkan dan meminimalisir dampak serangan disinformasi. Langkah tersebut antara lain menempatkan tim tanggap krisis, meninjau zona risiko yang rentan, membuat daftar kata kunci untuk social listening, membangun kepercayaan dengan komunikasi secara konsisten dan transparan, mengelola kanal media yang dimiliki (owned media), persiapan untuk menyanggah berita bohong, dan memanfaatkan platform media sosial untuk menghadapi pelaku kejahatan. (AC)