Penulis: Nurdian Akhmad
Setelah resmi menyandang nama baru pada 1 November 2021 lalu, PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) melakukan sejumlah perubahan signifikan, terutama yang paling nyata adalah perubahan visi dan misi perusahaan.
Bank yang sebelumnya bernama PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk itu kini memiliki visi baru, yakni menjadi The Best Digital Bank for Agri & Beyond by Becoming House of Fintech & Home for Gig Economy. Sebelumnya, anak perusahaan Bank BRI ini mengusung visi Menjadi Bank dengan Layanan Terbaik dan Fokus di Sektor Agribisnis.
Bank Raya juga menyelaraskan misi perusahaan agar sesuai dengan visi yang baru. Misi pertama adalah, fokus memberikan layanan perbankan berkualitas yang berbasis digital dan Impactful for Indonesia’s growth dalam rangka menunjang peningkatan ekonomi masyarakat khususnya segmen gig economy dan pelaku usaha mikro dan kecil (UMKM).
“UMKM ini jadi sektor yang paling amazing di tengah pandemi covid, tadinya kita berfikir ketika perusahaan banyak melakukan pemecatan karyawan, ekonomi kita akan jatuh dan mengalami banyak permasalahan. Tapi data statistik menyebutkan, ternyata pekerja yang dipecat atau dirumahkan, mereka bertransformasi menjadi usaha-usaha rumahan atau layanan jasa yang memanfaatkan platform digital. Karena itu kita ingin fokus dengan pelaku UMKM dan gig economy ini,” tutur Gibbon MP Tamba, Kepala Divisi Teknologi Informasi PT Bank Raya Indonesia Tbk dalam sesi presentasi penjurian TOP Digital Awards 2021 yang diadakan secara daring, kemarin.
Gig economy, menurut BBC, adalah pasar tenaga kerja yang identik dengan karyawan kontrak jangka pendek atau pekerja lepas (freelancer). Pelaku gig economymerupakan pasar tenaga kerja yang selama ini identik dengan karyawan kontrak jangka pendek (half-unemployed) atau pekerja lepas (freelancer). Kondisi pandemi saat ini memang menjadikan pekerja sektor informal lebih kreatif untuk memanfaatkan peluang. Pekerja sektor informal ini seperti ojek online, reseller atau dropshiper di toko daring, termasuk juga para freelancer maupun content creator (youtuber maupun selebgram). Mereka umumnya pekerja lepas tetapi masih bisa mengoptimalkan platform daring sebagai sumber penghasilannya.
Misi kedua adalah menyediakan layanan perbankan digital melalui SDM yang memiliki Living, Attractive dan Ideal value serta profesional yang berbasis kinerja (Performance Driven Culture) dengan menerapkan prinsip operasional dan risk management excellence.
“Misi keitga adalah menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan memberikan manfaat yang optimal bagi para Stakeholders,” tutur Gibbon yang membawakan materi presentasi berjudul sama dengan visi perusahaan Bank Raya.
Sebagai anak perusahaan Bank BRI yang notabene bank ‘pelat merah’, Bank Raya juga memiliki budaya perusahaan yang sama dengan induk perusahaan dan BUMN lain, yakni budaya AKHLAK atau Amanah, Kompeten Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
Kepada dewan juri, Gibbon menjelaskan, untuk menjadi The Best Digital Banking for Agri & Beyond, Bank Raya memiliki tiga pilar yang akan dikerjakan, yakni pertama pilar digital dengan meng-create aplikasi-aplikasi digital untuk kebutuhan customer di era transformasi digital ini. Pilar kedua adalah digitize.
“Di sini, kita mengoptimalisasi proses bisnis yang manual-manual menjadi digitalisation. Misalnya dalam input data, sebelumnya dilakukan secara manual, kini melalui aplikasi, sehingga account officer kami bisa melayani langsung dari lokasi, langsung menginput datanya, langsung foto, dan data bisa langsung diproses lebih lanjut, serta otomatisasi-otomatisasi lainnya,” tutur dia.
Pilar ketiga adalah Revamp atau mengubah. Unit kerja yang sifatnya operasional saat ini menurun intensitas kerjanya. Yang banyak bekerja sekarang adalah unit kerja yang menggaet nasabah gig economy. Dalam revamp ini ada lima hal yang dilakukan, yaitu revamp portofolio, revamp branch, revamp people, manage NPL within Bank Raya, serta recovery.
Menurut Gibbon, tiga pilar itu didukung oleh fintech-fintech yang dapat menyalurkan layanan Bank Raya dalam ekosistem-ekosistem yang sudah ada. Pihaknya bekerja sama dengan P2P (peer to peer) lending contohnya dengan Modal Rakyat dan Investree, tujuannya untuk me-leverage layanan Bank Raya ke dalam platform para P2P. Bank Raya juga menggandeng agen BRIlink untuk memperluas pemasaran produk perusahaan.
“Kami juga banyak bekerja sama dengan Gig Economy Ecosystem, seperti dengan Gigacover untuk memberikan layanan jasa financial kepada para buruh pabrik dengan bunga yang lebih murah,” tuturnya.
Bank Raya juga membangun kemampuan internal sebagai bank digital terkait data, teknologi, talent dan organisasi. Hal itu juga didukung dengan penerapan tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG).
Seiring dengan perubahan fokus perusahaan menjadi bank digital, Bank Raya pada 2021 ini menambah karyawan di bidang IT menjadi 111 orang, dari tahun 2020 yang sebanyak 45 orang. Total karyawan Bank Raya tahun ini mencapai 1.000 orang, bertambah dari tahun lalu 800 orang.
Sesuai IT Master Plan perusahaan, Bank Raya akan melakukanstrategi rekruitasi dan smart sourcing sehingga secara bertahap talent TI akan berjumlah 300 orang pada 2023, dengan komposisi 40 persen software enginer, 20 persen data, 20 persen infrastructure, dan 20 persen strategi dan security.
Menurut Gibbon, dasar kebijakan divisi IT dan prinsip tata kelola TI di Bank Raya berlandaskan pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 38 /POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum. Selain itu, Peraturan Menteri BUMN dengan No. PER-02/MBU/2013 tentang Panduan Penyusunan Pengelolaan Teknologi Informasi Badan Usaha Milik Negara, serta Peraturan Pemerintah (PP) No 82/ 2012 tentang Penyelenggara Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE).
Aplikasi Unggulan
Gibbon juga mengungkapkan, ada sejumlah aplikasi IT unggulan yang diimplementasikan untuk eksternal, antara lain adalah aplikasi Pinang atau Pinjaman Tenang. Ini merupakan aplikasi pinjaman digital pertama di Indonesia dengan kelebihannya antara lain tanpa agunan, bunga pinjaman murah hanya 1,24 persen per bulan, bebas biaya admin, plafond pinjaman dari Rp 50 ribu sampai Rp 25 juta.
Selain itu, jangka waktu pinjaman mulai 1 sampai 18 bulan. Proses pencairan juga cepat, bisa di hari yang sama dana masuk rekening nasabah. Nasabah juga tidak perlu datang ke bank dan tidak perlu bertatap muka dengan pertugas bank.
“Semua proses dilakukan oleh sistem teknologi sekitar 15 menit mulai dari apply sampai pencairan. Aplikasi ini pertama di Indonesia yang menerapkan e-KYC dan digital signature,” tutur Gibbon.
Untuk produk simpanan, aplikasi IT yang dikembangkan Bank Raya adalah Digital Saving App, Digital Saving API, dan RDN. Sedangkan untuk digitalisasi pembayaran yang sudah dilakukan Bank Raya antara lain Biller, Digital Wallet, QRIS, Investment, dan Insurance.
Aplikasi lainnya yang juga diimplementasikan untuk eksternal adalah Raya Apps V1.0. Ini merupakan revamp aplikasi BRI Agro Digital menjadi sebuah aplikasi super apps sesuai arah transformasi digital perusahaan.
Untuk menunjang strategi akuisisi dengan ecosystem partner, Bank Raya memiliki web portal yang di dalamnye terdapat fitur Open API yang lengkap dan dapat diintegrasikan untuk menunjang skema bisnis B2B dan B2C.
Sedangkan solusi unggulan yang diimplementasikan di internal perusahaan antara lain Reconciliation Enterprise yang dibuat untuk generate report secara otomatis dengan mencantumkan approval maker, checker dan signer. Ini juga dapat terkoneksi secara langsung dengan complain and handling dalam satu tempat.
Solusi unggulan lainnya adalah Customer Data Platform yang dipakai untuk melakukan manage data customer experience, analytic process, dan re-engage customer sebagai upaya memberikan penawaran terbaik berdasarkan personalisasi customer.
Untuk mendukung IT perusahaan , Bank Raya sesuai IT Masterplan akan mengimplementasikan infrastruktur pareto di public cloud (VPC) sehingga TI akan mempunyai scalability, flexibility dan dapat bergerak cepat. Pada jangka pendek, Bank Raya akan menerapkan hybrid cloud (multicloud dan on premise).
Sejak tahun 2016, Bank Raya sebenarnya sudah menerapkan teknologi cloud antara lain Google Maps, kemudian Cloud Vision API, Google Workspace, apigee, Openstack, dan Google Cloud Platform.
Untuk keamanan sistem IT, Bank Raya menerapkan hybrid security yaitu perpaduan antara security TI sesuai standar best practice dan security operational yang diimplementasikan dengan Fraud Detection System dan Early Warning System. “Ini untuk memastikan seluruh security kami bisa dijaga dengan baik,” ucap Gibbon.