Penerapan 5G Smart City harus memperhatikan kondisi dan dinamika di masing-masing daerah. Karena setiap daerah memiliki profil atau karakteristik sumber daya, keunggulan, kelemahan dan kebutuhan yang berbeda-beda.
Demikian disampaikan Direktur kata Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Wayan Toni Supriyanto dalam Seminar Journey to 5G Smart City di Surakarta, Selasa (04/07/2023)..
Menurut Dirjen PPI Kementerian Kominfo, implementasi teknologi 5G smart city akan menghadapi berbagai kendala dan tantangan. Oleh karena itu, setiap pemerintah kabupaten dan kota perlu mengembangkan kerja kolaborasi pentahelix. Kerja sama melibatkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pelaku bisnis, penyelenggara seluler, vendor perangkat, penyedia konten dan aplikasi, masyarakat dan komunitas serta akademisi dan perguruan tinggi.
“Bentuk implementasi smart city akan tergantung dari isu-isu apa yang hendak diselesaikan atau menjadi prioritas utama. Oleh sebab itu, diperlukan kolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait yang merupakan kolaborasi pentahelix,” tegasnya.
Dirjen Wayan Toni menekankan kolaborasi pentahelix memiliki arti penting karena esensi pembangunan smart city sendiri adalah pembangunan sebuah ekosistem yang didalamnya terdapat elemen saling melengkapi satu sama lain.
Dalam konteks nasional, Dirjen PPI Kementerian Kominfo mengharapkan kolaborasi yang berlangsung lewat forum seminar sebagai ruang belajar bersama dapat memunculkan inisiatif untuk berkolaborasi dalam percepatan transformasi digital nasional.
“Kolaborasi seluruh ekosistem di Indonesia secara pasti akan mendorong implementasi 5G yang berdampak pada percepatan transformasi digital sebagai agenda prioritas nasional dan komitmen berkelanjutan dari pemerintah,” pungkasnya.
Baca: Kominfo Evaluasi Program Smart City, Dorong Kolaborasi dan Sinergi