ItWorks- Meningkatnya gaya hidup digital dan penggunaan teknologi informasi di tengah masyarakat, termasuk bagi kaum perempuan, di sisi lain juga berbanding lurus dengan tingginya tingkat ancaman cybercrime atau kejahatan siber dengan modus yang juga kian beragam. Karena itu, perlu peningkatan pemahaman dan kesadaran (cyber security awareness) semua pihak akan pentingnya menjaga dan meningkatkan keamanan ruang siber di era digital ini.
Para ahli kemaman siber mengingatkan bahwa peningkatan pemahaman dan kewaspadaan dalam penggunaan teknologi informasi, seperti perangkat gadget, smartphone, harus dimulai sejak dini, termasuk di kalangan anak-anak dan remaja. Dalam hal ini, kaum perempuan juga memiliki peran besar untuk turut mewujudkan terciptanya keamanan siber di Tanah Air ini melalui berbagai aktivitasnya. Termasuk saat mendampingi anak-anak di dalam keluarga yang hari-harinya sudah terbiasa dengan pemanfaatan perangkat digital ini.
“Dengan makin pesatnya penggunakan teknologi informasi yang kian meluas cepat, sangat penting untuk memastikan bahwa tren dan dorongan ini juga harus diimbangi dengan pemahaman dan kemampuan untuk peningkatan keamanan dari risiko kejahatan siber ini. Melalui Indonesia Women Cyber Security (IWCS), kami berkomitmen menciptakan ruang inklusif yang mendorong partisipasi perempuan dalam menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks ini,” ungkap Eva Noor, Ketua IWCS, dalam rilis pers, di Jakarta, baru-baru ini.
Dijelaskan, IWCS merupakan sebuah forum wanita di bidang IT yang didirikan untuk memperkuat peran perempuan dalam mendukung keahlian dan skill (ketrampilan) di bidang keamanan siber di Indonesia. Forum ini juga untuk mendukung literasi digital dan berbagi pengetahuan tentang risiko dan ancaman terkait dunia internet, terutama menyasar kaum perempuan.
Sebagai Ketua IWCS, Eva Noor telah menjadikan organisasi ini sebagai tempat untuk komunitas untuk bisa memberi dampak positif di sektor keamanan digital. IWCS berkomitmen menciptakan ruang inklusif yang mendorong partisipasi perempuan dalam menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks.
Di bawah kepemimpinan Eva, IWCS secara rutin mengadakan program pelatihan, seminar, dan diskusi yang membekali perempuan dengan keterampilan teknis dan wawasan strategis.
“Keamanan siber bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang kreativitas, ketelitian, dan empati kekuatan alami yang sering dimiliki perempuan,” ujar Eva.
IWCS juga menjadi jembatan antara perempuan profesional di sektor teknologi dengan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan tenaga ahli keamanan siber.
Melalui IWCS, ia terus memperjuangkan misinya untuk memastikan bahwa anak-anak bisa mendapatkan edukasi keamanan digital dan edukasi ini bisa lewat keluarga dan ini penting sekali untuk menciptakan ruang digital yang aman efektif dan sederhana.
IWCS juga akan melanjutkan program Mentorship Cyber Security dimana program ini bertujuan membantu perempuan yang ingin berkarir atau ingin mengembangkan karirnya melalui berbagi pengalaman dari seorang mentor dan juga menambah keterampilan agar bisa berkembang karirnya.
“Kami senang inisiasi organisasi yang dibentuk untuk membantu masyarakat memberikan pemahanan, edukasi dan sejenisnya agar bisa aman dan bertanggung jawab memperoleh manfaat dari teknologi informasi ini, juga mendapat dukungan luas dari berbagai pihak. Kami akan bekerja keras dalam memajukan praktik penggunaan teknologi informasi di era digital secara aman, etis dan transparan, dan bertanggung awab. Kami juga berkomitmen berkontribusi untuk membangun kepercayaan pada penggunaan teknologi informasi ini dari aspek penguatan keamanan siber kaum perempuan,” ungkap Eva Noor yang juga founder dan Ceo PT Xynesis International, perusahaan pengembang dan penyedia solusi IT Security.
Di bawah kepemimpinannya, PT Xynesis International telah menjadi mitra terpercaya bagi banyak perusahaan dalam melindungi data dan infrastruktur teknologi mereka. Melihat Kondisi di mana bidang IT, utamanya keahlian dibidang keamanan siber yang masih di dominasi oleh laki-laki, Eva Noor telah memantapkan dirinya sebagai pelopor di dunia keamanan siber.
Selama lebih dari dua dekade, ia tak hanya berhasil menembus batas-batas stereotip, tetapi juga membangun reputasi sebagai salah satu pioneer entrepreneur wanita yang berhasil menggeluti bidang industri ini. Ia menjadi perempuan Indonesia yang memimpin langkah signifikan dalam pengembangan keamanan siber di Tanah Air.
Berbekal pengalaman puluhan tahun, Eva telah menghadapi berbagai tantangan kompleks dalam menjaga keamanan digital di tengah ancaman siber yang semakin canggih. Hingga akhirnya ia dipercaya menjadi Ketua Indonesia Women Cyber Security (IWCS) ini.
Mendukung Entrepreneurship
Kedekatan Eva dengan kewirausahaan atau entrepreneurship, menjadi dasar misinya untuk membawa teknologi keamanan siber lebih inklusif. Salah satu visi utamanya yakni untuk memastikan para entrepreneurship di Indonesia tidak hanya memahami pentingnya keamanan siber, tetapi juga mampu memanfaatkan teknologi digital untuk memajukan bisnis mereka baik itu Perusahaan besar maupun usaha kecil dan mikro.
“Pelaku usaha tidak hanya perlu bertahan di era digital, tetapi juga tumbuh dengan memanfaatkan peluang, sambil memastikan keamanan digital mereka tetap terjaga dengan baik,” ujar Eva.
Visi ini pula yang mendorongnya menulis sebuah buku berjudul Pelaku Bukan Pemimpi, yang menjadi inspirasi banyak entrepreneurship mewujudkan mimpi mereka dengan langkah nyata.
Melalui inisiatifnya, Eva sering mengadakan pelatihan dan seminar yang dirancang khusus untuk pelaku usaha di tanah air. Ia memberikan edukasi tentang ancaman siber seperti phishing, malware, dan pencurian data, serta menawarkan solusi sederhana namun efektif untuk mencegahnya.
Tahun lalu, Eva berhasil meraih penghargaan Top Digital Award untuk Best Top Leader dan Top Digital Company. Pencapaian ini tidak hanya mengukuhkan keahliannya, tetapi juga sebagai apresiasi pencapaian selama dua dekade menjalankan perusahaan.
Di tahun 2025 ini, Eva bersama IWCS tengah merancang survei nasional yang ditujukan untuk mahasiswi di berbagai kampus. Survei bertujuan untuk memahami tingkat ketertarikan perempuan di dunia keamanan siber, serta mengidentifikasi tantangan yang mereka hadapi di sektor yang masih didominasi laki-laki.
“Kami ingin tahu, apa saja hambatannya? Dan bagaimana kita bisa membuka lebih banyak peluang agar makin banyak representasi perempuan di dunia keamanan siber,” ungkapnya.
Hasil survei nanti diharapkan dapat menjadi dasar bagi kebijakan dan program yang lebih inklusif untuk mendorong keterlibatan perempuan dalam bidang keamanan digital. (AC)