Dengan investasi dan permintaan yang mulai beralih dari pasar perkantoran tradisional ke sektor alternatif seperti logistik, pusat data, dan living (hunian sewa skala besar), sektor real estate Indonesia memasuki babak baru dalam beberapa tahun ke depan.
Menurut analisis JLL, perusahaan jasa profesional terkemuka di bidang real estate, perubahan ini didorong oleh kelebihan pasokan perkantoran, meningkatnya permintaan terhadap aset alternatif, serta pesatnya pertumbuhan meningkatnya infrastruktur digital di Indonesia.
Temuan tersebut dipaparkan dalam acara peringatan 45 tahun JLL Indonesia, bertajuk “The Next Chapter of Indonesia Real Estate” pada 30 Oktober 2025, yang menyoroti potensi pertumbuhan dan peluang investasi di sektor real estate yang semakin beragam. Berdasarkan data pasar yang komprehensif dan analisis para ahli, JLL membagikan sejumlah wawasan penting mengenai tren yang membentuk masa depan industri ini di Indonesia.
Data JLL menunjukkan prospek beragam untuk pasar perkantoran Indonesia, dengan total pasokan mencapai 10 juta meter persegi, termasuk 3,7 juta meter persegi Grade A, serta 3 juta meter persegi ruang yang tersedia (1,3 juta meter persegi diantaranya Grade A). Meski demikian, gedung-gedung premium mendorong peningkatan tarif sewa yang diproyeksikan tumbuh 10% dalam lima tahun ke depan.Menurut JLL, pemilik dari gedung yang kinerjanya kurang optimal perlu mempertimbangkan strategi optimalisasi aset seperti retrofit, peningkatan sertifikasi bangunan hijau, hingga perubahan fungsi bangunan, sebagaimana ditunjukkan oleh keberhasilan global dengan transformasi Empire State Building menjadi salah satu gedung paling ramah lingkungan di dunia.
Selain perkantoran, JLL juga menyoroti meningkatnya potensi investasi di sektor alternatif seperti hunian, kesehatan, hotel, rekreasi, laboratorium, pusat data, edukasi, dan logistik tahap akhir (last-mile logistics).
Sektor logistik dan industri tetap menjadi area dengan potensi pertumbuhan besar. Pasokan gudang logistik modern di wilayah Jabodetabek telah meningkat tiga kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir, dengan tingkat hunian mencapai 94% (dibandingkan 86% di kawasan APAC), serta permintaan baru yang diperkirakan mendekati 1 juta meter persegi dalam tiga tahun ke depan. Berdasarkan data JLL, sekitar setengah dari total permintaan berasal dari perusahaan China. Tren permintaan pabrik juga bergeser dari fasilitas yang dibangun khusus (purpose built) menjadi solusi sewa siap pakai (plug-and-play).
Teknologi kecerdasan buatan (AI) juga diprediksi akan menjadi penggerak utama masa depan Asia Tenggara. Dengan posisi Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di kawasan, kapasitas pusat data kolokasi telah meningkat tiga kali lipat sejak 2021, dengan Jakarta dan Batam tetap menjadi pusat pertumbuhan utama.
“Lonjakan permintaan dari perusahaan-perusahaan asal China adalah tren signifikan, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga untuk seluruh Asia Tenggara, dan mencerminkan evolusi strategi diversifikasi properti yang dilakukan oleh China,” kata Michael Glancy, Managing Director, Asia Tenggara, JLL. “Produsen berpengalaman dari China kini aktif mendiversifikasi rantai pasokan mereka, dan sektor industri serta logistik Indonesia yang kuat semakin memantapkan posisinya sebagai tujuan utama dalam jaringan manufaktur dan distribusi yang terus berkembang ini.”
Sektor-sektor alternatif juga mendapat dorongan dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang menawarkan berbagai insentif pajak dan insentif lain. Wilayah Jabodetabek, Bali, dan Batam kini mencatat tingginya permintaan dari klinik, rumah sakit, dan fasilitas riset dan pengembangan (R&D) internasional. Sebagai salah satu negara dengan populasi muda di kawasan APAC, Indonesia memiliki sekitar 22 juta penduduk berusia di atas 64 tahun—angka yang diproyeksikan naik menjadi 27 juta pada 2030—sehingga membuka peluang besar bagi pengembangan hunian lansia dibawah ekosistem KEK.
“Pasar real estate Indonesia berada di titik penting, di mana penyesuaian terhadap kelebihan pasokan di sektor tradisional membuka peluang bagi sektor alternatif seperti logistik, pendidikan, kesehatan, perhotelan, dan pusat data. Dalam perayaan 45 tahun kami, JLL berkomitmen membantu para pemangku kepentingan menavigasi perubahan ini untuk menuju pertumbuhan yang berkelanjutan, serta berperan aktif dalam membentuk masa depan industri properti di salah satu pasar paling dinamis dan berpotensi di dunia,” kata Farazia Basarah, Country Head, JLL Indonesia.
Baru-baru ini, JLL mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar dengan menutup transaksi senilai US$432 juta pada 2024, mencatat pangsa pasar 78,4%, dan kembali menempati peringkat teratas dalam MSCI Real Capital Analytics pada 2025.
Pandangan positif JLL semakin diperkuat oleh posisi Indonesia sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, serta ekonomi digital terbesar di kawasan, dengan 59% penduduknya merupakan generasi milenial, semuanya menjadi pendorong utama permintaan akan ruang untuk tinggal, bekerja, dan beraktivitas.
 
	    	













