Jakarta, Itech- Transformasi digital di kalangan masyarakat dan dunia usaha kian berkembang pesat, yang salah satunya didorong tren dan gaya hidup digital di kalangan kaum millennial. Namun tingkat pemahaman mengenai pentingnya proteksi cyber security masih rendah, sehingga perlu lebih ditingkatkan. Apalagi tingkat ancaman kejahatan dunia cyber (cyber crime), juga makin mengkhawatirkan.
“Berdasarkan hasil riset, saat ini mayoritas organisasi bisnis telah memulai proses transformasi digital, dengan 67% responden menyatakan bahwa organisasi mereka telah memulai proses ini lebih dari setahun yang lalu. Namun, banyak yang masih berjuang untuk melindungi infrastruktur mereka secara memadai. Tak hanya dikalangan dunia usaha, tren digitalisasi di kalangan masyarakat juga terus meningkat, terutama didorong gaya hidup digital kaum millennial. Tak sekadar untuk aktivitas sosmed (sosial media), namun juga aktivitas penting lain, seperti pembayaran dengan fintech (financial technology) yang belakangan juga makin berkembang. Sayangnya, kesadaran untuk proteksi dan perlindungan cyber security-nya masih kurang memadai. Karena itu, awarness tentang cyber security perlu lebih ditingkatkan,” ungkap Anthony Lim, Principal Consultant Asia Tenggara & Hong Kong, Fortinet dalam acara press briefing Fortinet (7/8), di Jakarta.
Dikatakan, tren transformasi digital yang sangat pesat di kalangan millenials bisa dilihat dari gaya hidup mereka yang kian banyak ketergantungan dengan segala fasilitas yang diberikan oleh perkembangan digital. Hampir semua anak muda, termasuk di Indonesia menggunakan smartphone atau perangkat sejenis demi mempermudah aktivitas kehidupan. Karena lewat satu smartphone, segala macam hal bisa diakses dan didapatkan, mulai belanja online, pemesanan transportasidengan aplikasi seperti Go-jek, Grab dan lainnya yang kian mendominasi fenomena ini. “Tapi perlu juga dicatat, seiring meningkatknya transformasi digital, ancaman kejahatan cyber juga meningkat dengan berbagai modus, seperti ransomware, pencurian data dan lainnya,” ujar Anthony Lim.
Hal senada diungkapkan Edwin Lim, Country Director untuk Fortinet Indonesia. Menurutnya, dalam banyak hal, kaum millennials diakui telah membawa banyak perubahan dalam industri digital di Indonesia. Termasuk munculnya start up baru di bidang bisnis berbasis digital yang kian tumbuh. Bahkan kehadiran berbagai perusahaan rintisan berbasis aplikasi dan digital yang digawangi oleh kelompok kaum milenial mampu melahirkan startup “unicorn” di Indonesia. Hal ini juga mendorong industri digital yang pertumbuhan jauh lebih tinggi dari ekonomi nasional. Namun di sisi lain, kewaspadaan adanya ancaman keamanan siber, perlu juga lebih dipertajam. Apalagi terkait hal-hal penting dalam dunia usaha atau transaksi bisnis dan keuangan.
“Saya kira kesadaran tentang cyber security di kalangan kaum millenials itu sudah ada, hanya saja bagaimana action dan cara memproteksi diri dari serangan cyber crime ini yang perlu lebih ditingkatkan pemahamannya sehingga mereka tahun bagaimana acara actionnya. Tentu ini perlu edukasi dan sosialisasi lebih itens lagi,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Faisal Yahya, pengamat cyber crime menyatakan, perkembangan Teknologi Informasi yang semakin melekat pada keseharian aktifitas masyarakat, seyogyanya juga diimbangi dengan pemahaman tentang pentingnya perlindungan cyber security. Tak hanya dari vendor pengembang solusi keamanan cyber, namun juga dari lembaga kepemerintahan. Pada akhirnya di harapkan kondisi ini dapat berpengaruh positif pada perkembangan bisnis khususnya yang kini kian erat dengan dunia internet dan digital.
“Kami menyambut baik pembentukan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang kini telah sahkan pemerintah. Tentu kita harapkan ini bisa lebih berperan, termasuk dalam hal edukasi dan sosialisasi ke masyarakat luas. Apalagi tantangan dan ancaman cyber crime juga makin kompleks,” ujarnya. (red-AC)