Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti di Wold Mosquito Program telah menyempurnakan cara memperkenalkan Wolbachia ke sel-sel nyamuk dan kini mereka sibuk membiakkan nyamuk modifikasi untuk dilepaskan ke sejumlah komunitas di seluruh dunia.
Seorang anak laki-laki di Puducherry, India Selatan, membuka sebuah tabung dan mengocok keluar ratusan nyamuk sembari ia berjalan menyusuri lingkungannya yang miskin. Di sebuah desa dekat Yogyakarta, seorang perempuan menuangkan air yang berisi telur nyamuk ke dalam kolam.
Aktifitas yang sama terjadi di komunitas-komunitas di Kolombia dan Brazil. Dan di Vietnam, seorang pria menusuk tutup tabung plastik ketika dia duduk di kursi belakang sebuah skuter di pasar kota Vinh Luong. “Saat kami melepaskan nyamuk-nyamuk ini, rasanya seperti kami memberikan harapan,” tutur Samu Tuidraki, Kepala Desa Narewa, sebuah desa di Fiji.
“Kami akan mampu melepaskan nyamuk-nyamuk Wolbachia dengan analisis efek paling besar pada skala nasional, dibandingkan pada skala daerah,” kata Ben Green, Senior Project Delivery Manager, World Mosquito Program, dalam siaran pers ke media (19/5).
Negara Bagian Queensland di Australia Utara pada dasarnya telah dinyatakan bebas dari demam berdarah untuk pertama kalinya dalam 200 tahun, setelah diberlakukannya kampanye rilis yang intensif. Upaya lain yang ditargetkan adalah membuat kemajuan yang pesat di Asia dan Amerika Selatan, yang telah lama berusaha untuk menghapus populasi nyamuk dengan insektisida.
“Metode Wolbachia kami bersifat natural dan berkelanjutan,” kata Green. “Sebagai perantara kesehatan publik berskala besar, kami percaya bahwa metode ini akan menghemat biaya. Bukti yang ada menunjukan bahwa metode ini akan bertahan di populasi lokal hingga tujuh tahun. Dan kami berharap ini terus berlanjut.”
Bagaimana machine learning dan kecerdasan buatan dapat membantu perlawanan global
Mitra data science World Mosquito Program, Gramener, tengah mengembangkan machine learning untuk model kecerdasan buatan. Ini akan menggabungkan titik rilis yang ada serta berbagai seperangkat data lainnya tentang kepadatan populasi manusia, penggunaan lahan, lokasi industri, cuaca, dan variabel lainnya. Citra satelit akan menjadi bagian besar dalam memetakan daerah perkotaan besar dengan akurasi strategis dan granular.
Tujuannya adalah untuk menentukan berbagai titik rilis yang memberikan dampak terbaik dalam area paling kecil 100 meter persegi.
“Kami ingin menargetkan lingkungan yang paling membutuhkan bantuan kami,” kata Green. “Kami bisa melepaskan nyamuk Wolbachia di daerah yang bisa memberikan manfaat paling besar pada skala nasional daripada skala lokal. Ambisi kami adalah melihat satu negara dan menjalankan model untuk seluruh wilayah perkotaannya dan memberikan gambaran yang bisa memberikan dampak terbesar. ”
Joppa mengatakan machine learning dan kecerdasan buatan adalah alat ampuh untuk organisasi nirlaba yang ingin mengatasi tantangan besar tetapi memiliki sumber daya terbatas.
“World Mosquito Program dimulai dengan tujuan mencari solusi untuk mengatasi suatu masalah. Dalam hal ini, mereka mencari cara untuk menetralisir kemampuan nyamuk pembawa penyakit. Setelah itu, mereka harus mencari lokasi yang ideal untuk melepaskan nyamuk-nyamuk ini.”
“Pada saat peneliti mulai mengumpulkan banyak data, hasilnya bakal menjadi masalah karena besarnya set data yang berbeda untuk mencari cara paling efisien untuk digunakan.”
“Pada akhirnya, di sinilah machine learning dapat membantu dengan mengambil semua data untuk mencari satu estimasi probabilitas serta memetakannya. Ini akan menghemat biaya, dan berskala elastis (scalable). Dari pada mencari visualisasi data dan analitik untuk satu area tertentu, Anda sekarang dapat melakukannya untuk satu kota, satu negara, atau untuk seluruh dunia.”
“Itu karena set data yang mereka gunakan dapat disamaratakan secara global. Satu model yang bekerja di wilayah ini dapat bekerja di wilayah mana saja.”
Baca: Microsoft Memberantas Demam Berdarah Dengan Kecerdasan Buatan