Reporter: Fauzi
Bicara soal perusahaan jasa keamanan siber asal Indonesia, PT Xynexis International sudah barang tentu masuk di dalamnya. Berdiri sejak tahun 2005, perusahaan yang dipimpin oleh Eva Noor selaku CEO-nya ini memiliki perjalanan cukup panjang dalam memberikan jasa keamanan informasi dan siber di Tanah Air.
“Jadi, Xynexis itu adalah pioneer, kita itu termasuk yang pertama di Indonesia yang memberikan jasa keamanan informasi (atau) keamanan siber,” ujar Eva Noor saat sesi penjurian Top Digital Awards 2021, di mana untuk tahun ini Xynexis mengusung tema ‘From Surviving to Thriving: Post Pandemic Return’.
Tekad Xynexis di Ranah Keamanan Siber
Dalam paparannya Eva mengungkap apa yang menjadi visi dan misi Xynexis sebagai perusahaan yang focus pada Information Assurance. Visi Xynexis, seperti dikatakan Eva adalah ingin menjadi pemain yang dominan, khusus untuk cyber security. Hal ini penting, karena menurut Eva saat ini banyak sekali perusahaan yang sudah diretas, bocornya data data pribadi ke mana-mana, bahkan sudah diperjualbelikan.
“Kenapa kita ingin jadi yang dominan di cyber security ini untuk di Indonesia. Karena menurut kita harus perusahaan Indonesia yang menjadi dominan di negaranya. Jangan perusahaan asing yang masuk ke Indonesia dengan metodologinya dan lain-lain, terus kita hanya jadi pasar,” jelas Eva.
Keamanan informasi dan siber menurut Eva adalah ranah yang sangat penting, karena itulah kedaulatannya harus ada di Indonesia. ”Makanya Xynesis itu adalah 100 persen perusahaan Indonesia, dimiliki oleh orang Indonesia, menggunakan talent-talent orang Indonesia, dan ingin menjadi dominan di Indonesia. Itu adalah visi kita,” sambungnya.
Sejalan dengan visi yang dingin dicapai, Xynexis memiliki misi untuk mem-protect konsumen Indonesia, baik (konsumen) bisnis, maupun pemerintah dari ancaman siber melalui cara (tools), prosedur, atau talent yang di-develop sendiri.
Eva menegaskan pentingnya memproteksi konsumen dengan tools, prosedur, dan talent dari negara sendiri. Dalam hal ini, Eva mengambil contoh Rusia, negara ini disebut telah membangun sendiri, mulai dari tools-nya, teknologinya, prosesnya dan orang-orangnya betul-betul (telah) dibangun.
“Sehingga kalau kita coba analogikan ke pandemi (Covid-19). Pandemi ini kan kita dihadapkan dengan virus yang kita tidak tahu sebelumnya. Nah, bayangkan kalau virus Covid ini adalah yang terjadi di (ranah) siber. Apa yang terjadi? Yang terjadi adalah kita kurang dokter, kalau di cyber itu kita kurang ahlinya, terus kita kurang perawat kalau di kesehatan. Nah, kalau di cyber itu kita kuran talent, siapa yang mau (menangani) kalau misalnya terjadi cyber attack, siapa yang akan mempertahankan kedaulatan kita. Kita belajar dari Covid-19 ini, bahwa kita di siber itu kita harus mulai memikirkan hal seperti ini,” tandas Eva.
Sekilas Perjalanan Xynexis
Seiring perjalanan waktu, sebagai perusahaan yang memiliki fokus pada Information Assurance, Xynexis telah melakukan banyak inisiatif sejak berdirinya di tahun 2005. Eva mengatakan karena Xynexis merupakan salah satu yang pertama di Indonesia dalam perusahaan keamanan siber, pada tahun 2005 tidak mudah untuk memperkenalkan layanannya. Hal itu lantaran menurutnya pada waktu itu orang masih belum mengerti apa itu keamanan siber.
“Orang tahu keamanan siber itu jualan Firewall, pada waktu. Tapi kita tidak jualan Firewall, karena kita memberikan solusi jasa. Di situ kita coba datangkan dan membikin (untuk) pertama di Indonesia itu adalah Cyber Security International Conference. Kita bawa speakers (pembicara-pembicara), kemudian pendidik (ahlinya) dari luar negeri ke Indonesia, khusus untuk memberi edukasi. Karena pada waktu itu belum ada, dan juga kita ingin awareness-nya sudah jalan. Jadi, kalau berbicara memberi awareness mengenai kemanan siber kita itu sudah dari tahun 2005. Kemudian kita berjalan, sampai akhirnya 100 klien yang listing di IDX menjadi klien kita. Terus kita dipercaya bisa regional di Singapura untuk membangun security strategy-nya,” ungkap Eva.
Terus berlanjut di tahun 2010, Xynexis membangun SOC (Security Operation Center) pertamanya. “Jadi, kalau dulu orang-orang belum banyak tahu (soal) SOC, kita sudah punya. Di mana operation center ini memantau 24 x 7 dari satu institusi atau perusahaan yang memang ingin dipantau dari sisi keamanan sibernya atau keamanan informasinya,” jelasnya.
Seiring dengan optimisme perusahaan, Xynexis juga cukup agresif, untuk kemudian pada tahun 2014 masuk ke pasar negara tetangga, yakni Malaysia. Selanjutnya, kata Eva, pada tahun 2015 Xynexis juga membantu negara Vietnam untuk pemerintahnya dalam membangun strategi keamanan sibernya. “Nah, tahun 2016 Xynexis dan Kominfo membangun komunitas CIIP (Critical Infrastructure Information Protection), di sini kita kumpulkan industri-industri yang memang punya aset strategis yang harus dilindungi. Dan kita pada saat itu membuat symposium dan sampai sekarang masih dijalankan (kini dengan BSSN),” ujarnya.
Selanjutnya, pada tahun 2017 Xynexis meluncurkan apa yang disebutnya sebagai Born To Protect program. Pada program ini, Xynexis berhasil mengumpulkan 10 ribu calon talent yang bisa dididik untuk menjadi ahli di keamanan siber. Melompat pada tahun 2019, Xynexis juga membentuk IGNITE Talent Development Services untuk memberi solusi kepada enterprise atau perusahaan-perusahaan yang ingin mendevelop talent-nya secara internal.
“Tahun 2020, walaupun pandemi kita masih tetap berinovasi, karena kita yakin bahwa di masa-masa sulit itu bukan berarti kita berdiam diri atau tidak melakukan apa-apa, tapi justru kita melahirkan inovasi, yaitu kita launcing HAXTech, karena kita melihat pada waktu pandemi justru digital transformation menjadi banyak sekali kebutuhannya,” sambungnya.
Masih di tahun yang sama, Xynexis juga meluncurkan Women in Cyber Security Program. Ini adalah salah satu inisiatif di mana Xynexis ingin membangun peran wanita di dalam keamanan siber. “Karena kita yakin perempuan itu punya peran penting di dalam keluarga dan juga di komunitasnya (lingkungannya) untuk bisa memberi edukasi atau kesadaran mengenai keamanan siber,” jelasnya.
Untuk tahun tahun 2021, walaupun masih diterpa pandemic, Xynexis juga tetap memberikan layanan ke banyak perusahaan. Hal itu lantaran menurut Eva saat pandemi masalah keamanan siber justru malah makin meningkat.
”Terus yang terakhir kita baru saja launching ICXP (Indonesia Costumer Experience Professional), di mana kita coba membangun talent-talent untuk customer experience itu. Karena kita yakin kalau Indonesia ingin menjadi negara maju/negara jasa seperti Singapura kita harus punya orang-orang yang mengerti bagaimana menjadikan customer experience itu di dalam institusinya, di dalam sektornya, atau industrinya,” tutup Eva.