Penulis: Busthomi
Editor: Fauzi
Di era perbankan yang banyak mengandalkan sistem teknologi, PT Bank Index Selindo juga konsisten terus menjalankan transformasi digitalnya. Kendati bukan mejadi bank digital, namun dalam operasionalnya bank satu ini telah banyak mengembangkan dan menerapkan digitalisasi. Terutama untuk nasabah small medium enterprise (SME) atau usaha kecil dan menengah (UKM).
Digitalisasi ini juga selaras dengan Visi-Misi Bank Index. Dalam visinya, disebut, ‘Menjadi Bank SME pilihan yang mengutamakan layanan dan teknologi’. Adapun salah satu misinya adalah ‘Mengembangkan teknologi untuk mendukung proses yang efektif dan efisien’.
Sejatinya, Bank Index terus mengembangkan bisnisnya dengan mengandalkan teknologi informasi (TI). Bank yang memiliki Nilai-Nilai perusahaan FIRST yakni Focus on Customer, Integrity, Result, Search, Study, Share, dan Teamwork itu memiliki fokus usaha adalah di sektor komersial.
Di dalam strategi pengembangan jaringan kantornya, Bank Index memprioritaskan perluasan pangsa pasar pada segmen usaha kecil dan menengah (UKM), serta membangun kerja sama pembiayaan dengan lembaga-lembaga keuangan yang lain seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan perusahaan Multifinance.
“Selain pengembangan jaringan kantor, Bank Index juga senantiasa melakukan pengembangan di bidang Teknologi dan Sistem Informasi (TSI) dengan fokus utama pada electronic delivery channel. Bank Index menyadari pentingnya pengembangan TSI dalam menghadapi tuntutan perbankan masa depan yang sarat dengan fasilitas teknologi serba canggih serta untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan pelayanan yang cepat dan efisien,” tutur Iwan Pulung selaku Digital Channel Management Division Head Bank Index, dalam wawancara penjurian TOP Digital Awards 2022 secara virtual, Rabu (19/10/2022) lalu.
Dalam penjurian TOP Digital Awards 2022 yang digelar Majalah IT & Works itu, Iwan didampingi tim TI dari Bank Index, yakni Lya Santi Rahayu selaku IT Operation & Development Head, ada juga Meriska sebagai Digital Channel Management Head, serta Suwito Soewandi selaku IT Security & Infrastruktur Engineering Head.
Lya Santi menambahkan, transformasi digital di Bank Index relative berhasil. Hal ini lantaran ditopang oleh tata kelola dan kebijakan IT di perseroan serta didukung pula adanya budaya digital yang kuat di Bank Index.
Bahkan dalam pengambilan kebijakan investasi atau belanja TI pun dari manajemen sangat memperhatikannya. Salah satunya terekait dengan Rapat Komite Pengarah Teknologi. “Jadi dalam Rapat Komite Pengarah Teknologi Informasi ini dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga bulan. Tapi dalam situasi darurat, rapat Komite Pengarah Teknologi Informasi ini dapat dilakukan lebih cepat dari jadwal rutin yang ditetapkan,” ujar Lya.
Lebih lanjut dia menegaskan terkait tata kelola dan kebijakan IT yang setidaknya memiliki sembilan kebijakan yang dikembangkan sejak tahun 2019 lalu. Pertama, Pedoman Akses Level & Sysval Aplikasi Bank Vision Versi: 5. Prosedur ini terkait dengan pengaturan kewenangan akses level dan setting parameter pada aplikasi Bank Vision. Sejak Desember 2020 lalu.
Kedua, Pedoman Business Continuity Plan (BCP) Versi : 7 yang disusun sejak Januari 2020. Prosedur ini terkait dengan petunjuk yang berisi langkah-langkah secara rinci mengenai organisasi, tanggung jawab dan prosedur dalam upaya pencegahan dan pemulihan suatu sistem saat terjadi gangguan yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.
Ketiga, Pedoman e-User Versi: 3 sejak Februari 2020. Prosedur ini terkait dengan tata cara pengajuan user baru, user pengganti, perubahan limit transaksi, penghapusan user id, pengaktifan user (enable), penonaktifan user (disable), dan lainnya secara online.
Keempat, Pedomaan TSI Versi: 9 yang sejak Maret 2022 lalu. Prosedur ini terkait dengan pengembangan praktek manajemen dan operasi yang baik di bidang penyelenggaraan IT dalam rangka membantu kepentingan Bank untuk meningkatkan efisien dan kelancaran tugas serta pelayanan kepada nasabah.
Kelima, Prosedur Sharing Folder Versi: 1 sduah berjalan lama sejak Oktober 2019. Prosedur ini terkait dengan pengaturan ketentuan tentang tata cara penyimpanan dan pendistribusian data terkait pekerjaan, di dalam server Sharing Folder.
Keenam, Prosedur Update Data pada Database Aplikasi Versi : 1 sejak Juni 2020. Prosedur ini terkait dengan ketentuan mengatur mekanisme permohonan update data pada Database Aplikasi ke unit IT. Ketujuh, SOP IT Helpdesk Versi : 1 sejak Maret 2021. Standar ini terkait dengan penanganan insiden yang terjadi sehingga dapat mengantipasi terkait dengan resiko operasional dan reputasi Bank.
Kedelapan, Prosedur SDLC Versi : 1 sejak Maret 2021. Prosedur ini terkait dengan tahapan SDLC , pengembangan system IT. Dan kesembilan, Pedoman Disaster Recovery Plan Versi: 1 yang dikembangkan sejak Mei 2021. Prosedur ini terkait dengan prosedur untuk merespons suatu keadaan darurat, menyediakan system backup operasi selama gangguan terjadi, dan mengelola pemulihan dan menyelamatkan proses sesudahnya.
Iwan kembali memaparkan, dengan adanya tata kelola dan kebijakan atau pedoman dalam pengembangan IT itu, Bank Index pun di tahun ini akan mengimplementasikan Digital Core yang akan running di cloud dan Bank Index akan menjadi BAS (Bank as a Service) untuk fintech/e-commerce.
“Ini tentu akan sangat menguntungkan kami, karena akan menambah jumlah CIF (Customer Information File), dana tabungan/giro (low cost funding) & fee based income bagi Bank Index,” sebut Iwan.
Makanya, dengan kondisi tersebut, dia pun bangga kalau transformasi digital di Bank Index dinilai berhasil, sehingga patut ditiru perusahaan lain. “Untuk yang bisa direkomendasikan adalah, kami ini sudah menjalankan digital transformation di semua lini, lalu sudah mengimplementasikan Middleware dengan standard open API didukung dengan microservices. Serta implementasi Digital Core yang akan menawarkan solusi product & services digital kepada nasabah (B2B2C),” terang dia.
Menuju Society 5.0
Keberhasilan digitalisasi di Bank Index ini kembali dipaparkan oleh Tya. Menurut dia, dalam hal ini setidaknya ada tiga langkah yang telah dilakukan perseroan dalam menuju Society 5.0, yakni terkait pengembangan aplikasi, terkait infrastruktur dan keamanan IT, serta terkait dengan pengembangan BigData.
Dalam pengembangan aplikasi ini, Bank Index telah mengimplementasikan middleware (Tibco) yang API based microservices dan dapat menerima semua jenis message (ISO, JSON, XML dll). Sehingga kedepannya semua koneksi dari 3rd party akan tersambung ke middleware, termasuk Fintech/e-commerce yang akan ter-connect ke system Bank Index.
Selain itu juga, Bank Index akan mengimplementasikan Digital core di tahun ini, dengan metode dual core, dengan Bank Index menjadi BAS (Bank As a Service) for fintech/e-commerce.
Selanjutnya, terkait infrastruktur keamanan IT, ada empat hal yang sudah dilakukan, yakni Server consolidation. Ini bertujuan untuk revitalisasi pada Server Production & Backup, dengan teknologi Virtual Machine pada Server di DC & DR, sehingga dapat menjamin ketersediaan server untuk mewujudkan rencana strategis TI.
Lalu, manage service network (NMS). Ini tujuannya untuk melakukan Revitalisasi & Improvement Infrastruktur Network DC & DR untuk mendukung proses digitalisasi, stabilization and keamanan jaringan.
Ada juga meningkatkan Sistem Keamanan Jaringan. Ini untuk meningkatkan keamanan pada sistem jaringan melalui Revitalisasi & Improvement Security pada perangkat jaringan yang terhubung pada DC, DR dan Development. Implementasi Palo alto, FortiWeb, FortiMail, Fortigate dan Fortianalyzer.
Dan terakhir implementasi cloud technology untuk Digital Core yakni untuk mendukung running-nya Digital Core, maka menggunakan server based on cloud.
Dan kemudian, beber Tya, terkait dengan pengembangan Big Data, Bank Index juga melakukan empat hal yang sama dengan di atas yakni, Server Consolidation, Manage Service Network (NMS), Meningkatkan Sistem Keamanan Jaringan, dan Implementasi cloud technology untuk Digital Core.
Aplikasi Bank Index
Keberhasilan Bank Index juga dapat dilihat dari beberapa aplikasi IT yang dikembangkan perusahaan untuk meningkatkan bisnisnya. Sehingga pada akhirnya, aplikasi-aplikasi itu dalam memudahkan nasabah dan berujung pada peningkatkan kinerja keuangan.
Beberapa aplikasi atau inovasi bisnis yang dikembangkan adalah:
- INDEXQU Bank Index Digital Banking. Dikembangkan sejak 2018 lalu yakni berupa Layanan Internet Banking dan Mobile Banking untuk nasabah individual dimana para nasabah dapat dengan mudah melakukan transaksi finansial maupun tanpa harus datang ke bank, seperti: cek saldo, transfer dana, pembelian dan pembayaran. Dengan fitur unggulan: BI-Fast, Billpayment, Purchase, Transfer online / on us / batch.
- INDEXQU Bisnis yang dikembangkan 2019 lalu. Ini layanan Internet Banking dan Mobile Banking untuk nasabah bisnis dimana para nasabah dapat dengan mudah melakukan transaksi finansial maupun tanpa harus datang ke bank, seperti: cek saldo, transfer dana, pembelian dan pembayaran. Dengan fitur unggulan berupa transfer online antar bank dengan nominal besar.
- Bank As A Service yang dikembangkan 2022 ini. Ini layanan bank as a service terhadap Fintech/e-commerce yang menjadikan bank sebagai back end system dari transaksional fintech/e-commerce (B2B2C). Dengan fitur unggulannya adalah layanan back end banking untuk fintech/e-commerce.
“Ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan jumlah CASA di Bank Index yang akan impact kepada Interest Income Bank Index. Dan meningkatkan corporate image Bank Index sebagai Bank as a Service untuk fintech/e-commerce,” ujar Tya.
- WhatsApp Business (2021), SMS Banking (2022), Website Bank Index (2018). “Untuk SMS Banking yang baru kami luncurkan, itu yakni fasilitas berupa pemberitahuan kepada nasabah Bank atas kegiatan transaksi yang dilakukan melalui media SMS ke nomor handphone yang telah didaftarkan sebelumnya. Fitur notifikasi SMS kepada nasabah dan blast informasi kepada nasabah itu bersifat realtime,” jelasnya.
“Dengan digitalisasi itu terbukti bisa meningkatkan kinerja keuangan kami, dan kinerja kami terus bertumbuh dari tahun lalu hingga tahun ini. Untuk pendapatan dari Rp771,30 miliar di 2021 menjadi Rp802,11 miliar di tahun ini. Dengan laba di tahun lalu Rp103,71 miliar dan di tahun ini bisa mencapai Rp110,47 miliar. Asset kami juga bertumbuh dari Rp10,30 triliun menjadi Rp11,35 triliun,” imbuh Iwan, memastikan.