Setelah melalui serangkaian proses penjurian yang memakan waktu sekitar 3 (tiga) bulan, para peraih bintang penghargaan “TOP Digital Awards 2022” akhirnya diumumkan secara langsung pada “Puncak Acara Penghargaan TOP Digital Awards 2022” yang berlangsung, Kamis, 15/12/2022, di Raffles Hotel, Jakarta.
Ajang penghargaan tahunan bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) & Solusi Digital terbesar tingkat nasional ini dihelat oleh majalah ItWorks bekerjasama dengan sejumlah Asosiasi TI & TELCO Indonesia. Pada acara ini, hadir sejumlah Pimpinan Kementerian, Lembaga/Badan, Kepala Pemerintah Daerah (Walikota/Gubernur), serta IT Manager atau Chief Technology Officer (CTO)/ Chief Information Officer (CIO) dari berbagai perusahaan, organisasi dan institusi.
Sejalan dengan tema yang diangkat pada penyelenggaran event “TOP Digital Awards 2022” yakni “The Strategic Impact of Digital Transformation in Business & Government”, para peraih penghargaan ini telah mampu membuktikan bahwa inovasi, kreatifitas dan transformasi digital yang dilakukan, baik oleh perusahaan, institusi, lembaga ataupun organisasi telah berdampak signifikan, baik di internal perusahaan maupun hubungan eksternal, termasuk dengan mitra bisnis dan pelanggan serta masyarakat pada umumnya.
Sebagai salah satu peserta ajang bergengsi ini, BPJS Kesehatan berhasil meraih tiga kategori penghargaan TOP Digital Awards 2022. Ketiga penghargaan itu, antara lain TOP DIGITAL Implementation 2022 # 5 Stars, TOP Leader on Digital Implementation 2022 yang ditujukan untuk Ali Ghufron Mukti selaku Direktur Utama, dan TOP CIO on Digital Implementation 2022 untuk Edwin Aristiawan sebagai Direktur TI.
Sebagaimana diketahui, bahwa seiring tugasnya yang kian berat dengan jumlah peserta yang terus meningkat, upaya inovatif pun terus dilakukan BPJS Kesehatan. Beroperasi sejak tahun 2014, BPJS Kesehatan diberikan amanah untuk bisa memberikan jaminan kepada seluruh penduduk Indonesia (Universal Health Coverage).
“Sejak PT Askes bertransformasi menjadi BPJS, cakupan layanannya semakin besar. Dulu hanya untuk seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS), kemudian diberikan amanah untuk melayani seluruh penduduk Indonesia, baik yang membayar sendiri, dibayari oleh perusahaan atau kantor untuk PNS, dan satu lagi dibantu oleh Dinas Sosial atau Departemen Sosial. Jadi, ini tantangannya luar biasa bagi BPJS Kesehatan menjadi suatu organisasi besar,” kata Edwin Aristiawan, Direktur TI BPJS Kesehatan.
Melihat tantangan yang dihadapi, Edwin menegaskan bahwa BPJS Kesehatan memerlukan sistem yang kuat. Menurut Edwin, dengan jumlah pegawai yang relatif tidak terlalu besar (sekitar 9000 pegawai), BPJS Kesehatan harus meng-cover 270 juta penduduk Indonesia. “Ini menjadi tantangan yang besar,” singkatnya.
Edwin menegaskan bahwa BPJS Kesehatan berkontribusi dalam hal bagaimana mencegah kemiskinan, menurunkan koefisien GINI, meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, meningkatkan angka harapan hidup, menurunkan porsi Out of Pocket (OOP) dalam total belanja kesehatan.
“Artinya penduduk itu jangan sampai mengeluarkan biaya dengan tambahan, dan yang kedua yang berikutnya adalah menggerakkan ekonomi, karena kalau sehat ekonomi pasti bergerak. Menciptakan lapangan kerja dan tentunya Output Penciptaan Lapangan Kerja,” ujarnya.
Jadi, lanjut Edwin, kalau ingin ekonomi sehat, tentunya rakyat juga harus sehat, baik sehat secara fisik, juga sehat secara ekonomi.
“Ini yang kita harapkan agar mereka kalau sakit itu jangan sampai jatuh miskin, jangan sampai menjual asset, jangan sampai menggadaikan asetnya. Itulah nilai yang kita tanamkan kepada seluruh karyawan dan juga kepada seluruh peserta, seluruh penduduk Indonesia supaya tetap sehat,” tandasnya.
Selain itu, Edwin juga mengatakan bahwa BPJS Kesehatan berkontribusi terhadap RPJMN 2020-2024 dengan mengembangkan antara lain Sistem Pembayaran Kapitasi Berbasis Kinerja (KBK).
Berkaitan dengan peran teknologi IT di perusahaan, secara tegas Edwin mengatakan bahwa IT telah menjadi core dari proses bisnis di BPJS Kesehatan. “Jadi, kalau kemarin awalnya itu adalah sebagai Support Function. Di mana IT itu sebagai support saja fungsinya. Kemudian IT menjadi service provider, jadi menyediakan layanan-layanan saja. Nah, kita ubah tahapannya, karena mengingat sekarang ini bagaimana menjaga agar financial performance terjaga dengan baik, tentunya kita perlu teknologi IT yang mumpuni,” kata Edwin.
Makanya, tegas Edwin, positioning-nya bergeser, di mana teknologi IT kini menjadi core dari Business Process. “Jadi, jantungnya dari business process BPJS itu di IT sekarang. Artinya kita membaginya menjadi tiga fungsi, yakni Business Enabler, Business Driver, dan Business Accelerator,” kata Edwin.
“Jadi, kita meng-enable posisi-posisi atau proses bisnis yang manual menjadi digital kemudian men-drive yang tadinya belum berjalan menjadi berjalan, yang macet kita jalankan, kemudian yang sudah jalan kita akselerasi,” lanjutnya.
Sehingga tak heran, sebagai wujud dari pergeseran dan penerapan TI, kini BPJS sudah memanfaatkan teknologi terkini, seperti Artificial Intelligent, serta sudah mulai memasukkan unsur Future of Connectivitytermasuk di dalamnya teknologi 5G.