Industri elektronik di dalam negeri terus didorong untuk menembus dan memperluas pasar ekspor. Salah satu tujuannya adalah ke Amerika Serikat. Hal itu disebut sebagai upaya merebut peluang dari dampak perang dagang dengan China.
“Pemerintah bertekad untuk lebih menggenjot nilai ekspor nasional, terutama dari sektor industri, yang selama ini telah memberikan kontribusi paling besar,” kata Direktur Industri Elektronika dan Telematika, Kementerian Perindustrian, R. Janu Suryanto di Jakarta, Jumat (14/2).
Menurut Janu, peningkatan nilai pengapalan produk manufaktur dinilai cepat untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan sekaligus dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Langkah ini sejalan dengan program prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Salah satu aspirasi dari roadmap tersebut adalah mendorong peningkatan net ekspor terhadap PDB,” ungkapnya. Merujuk data sepanjang tahun 2019, ekspor produk industri pengolahan mampu menembus hingga 126,57 miliar dollar AS atau menyumbang sebesar 75,5% terhadap total ekspor Indonesia yang menyentuh di angka 167,53 miliar dollar AS sepanjang tahun lalu.
“Apalagi, berdasarkan roadmap Making Indonesia 4.0, industri elektronik merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan agar lebih berdaya saing global, khususnya dalam kesiapan memasuki era industri 4.0,” paparnya.
Pada tahun 2019, nilai ekspor kelompok produk komputer, barang elektronik, dan optik mencapai USD1,1 miliar atau naik dibanding perolehan tahun 2018 sebesar USD1 miliar. “Kami meyakini, nilai ekspor dari produk elektronik kita akan meningkat di tahun ini,” ujar Janu.
Optimisme tersebut lantaran ceruk pasarnya masih terbuka lebar, termasuk ke negara nontradisional.
“Sedangkan, akibat perang dagang, membuat berkurangnya pasokan produk elektronik dari China ke Amerika Serikat,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Kemenperin memberikan apresiasi kepada perusahaan-perusahaan elektronik di dalam negeri yang kian agresif mendobrak pintu ekspor. “Beberapa hari lalu, saya turut melepas ekspor produk CCTV Camera buatan pabrik di Tangerang ke Amerika Serikat,” tutur Janu.
Perusahaan yang dimaksud, yaitu PT. Adi Pratama Indonesia, yang didirikan sejak tahun 2015. Awal mulanya perusahaan ini melakukan perakitan untuk menciptakan produk telepon seluler dan PC Tablet. Kemudian berkembang memproduksi CCTV Camera serta DVR/NVR/UVR pada tahun 2017.
“Kami melihat potensi penjualan CCTV Camera sangat baik, hingga akhirnya kami mendapatkan pesanan dari pembeli di Amerika Serikat. Ke depannya, kami berharap bisa ekspor juga produk NVR, UVR, dan IPC Camera,” kata Raymond Tedjokusumo selaku Direktur PT. Adi Pratama Indonesia.
Jumlah CCTV Camera produksi PT. Adi Pratama Indonesia yang diekspor perdana ke Amerika Serikat, sebanyak 1.488 set atau 11.904 unit. Setelah mampu menembus ke pasar Amerika Serikat, PT. Adi Pratama Indonesia berencana mengincar ke beberapa negara tujuan ekspor lainnya, seperti Eropa, Turki, Iran, India, Brasil, dan Rusia.
“Kami sebagai perusahaan yang telah berhasil melakukan ekspor ke pasar Amerika Serikat, kami sangat senang dengan hal ini. Kami telah melakukan peningkatan kualitas dan standar produksi, agar produk yang kami hasilkan dapat diterima di pasar AS. Selain itu, hal tersebut meningkatkan omzet penjualan dan kinerja pada SDM kami,” paparnya.
Raymond menilai, sektor perindustrian di Indonesia berkembang cukup pesat, terutama dengan adanya bantuan dan dukungan dari pemerintah. “Terlebih lagi, pemerintah telah melakukan persiapan untuk menghadapi era industri 4.0 dengan berbagai macam bentuk upaya yang dilakukan, terutama dengan melakukan kegiatan digital dan teknologi,” tuturnya.
Oleh karena itu, Raymond mengucapkan terima kasih terhadap dukungan Kemenperin sebagai pembina sektor industri manufaktur. Melalui berbagai program dan kegiatan strategisnya, semakin gencar untuk mendorong pelaku industri nasional, termasuk sektor elektronik, agar bisa tumbuh dan berkembang serta punya orientasi ekspor.
“Kami pun sangat berharap agar para eksportir juga dapat diberikan fasilitas kemudahan impor bahan baku dengan baik. Sehingga, rencana dan waktu produksi kami bisa berjalan tepat waktu. Saat ini, kami melakukan impor barang material menggunakan fasilitas KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor),” tandasnya. (Fauzi)