Dede Mulyana merupakan seorang konsultan IT yang telah berpengalaman lebih dari 20 tahun, di bidang IT Governance dan IT Service Management, dan telah membantu ratusan perusahaan di berbagai industri dan sektor. Berdasarkan pengalamannya dalam bidang tersebut, Dede Mulyana membangun platform IT Governance dan IT Service Management, yang kemudian dikenal sebagai software Enterprise System for Information Technology and Management atau ESTIM.
Ketertarikan dan kecintaannya pada bidang IT Governance dan IT Service Management, tidak hanya berakhir menjadi sebuah produk software, tetapi juga mendorong seorang Dede Mulyana untuk terus belajar baik secara formal dan informal di bidang tersebut, terbukti Dede Mulyana meraih gelar Doktor di bidang IT Governance, dan sederet sertifikasi profesional yang diakui dunia internasional.
Saat ini, ESTIM merupakan satu-satunya software IT Governance dan IT Service Management buatan Indonesia. Menjadikan software lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri bukanlah upaya yang mudah diwujudkan. Banyak tantangan yang dihadapi. Namun, bukan hal yang tidak mungkin, asalkan dimilikinya tekad yang kuat dan didukung keahlian, pengalaman, dan sumber daya manusia yang handal. Upaya itu makin penting dengan besarnya potensi pasar software bisnis di Indonesia.
ESTIM software, sebagai tools IT Governance dan IT Service Management, pun hadir sebagai opsi produk lokal di tengah membanjirnya produk sejenis buatan luar negeri. Meskipun dimulai dari sebuah Garasi, namun ESTIM mendapat pengakuan dari Rekor MURI sebagai program komputer IT Service Management pertama di Indonesia.
Untuk mengetahui perjalanan ESTIM software, Redaksi It Works mewawancarai Dr. Dede Mulyana, Founder ESTIM, di kantornya Menara 165, Jakarta, pada Jum’at, 25 November 2022.
Mengapa ESTIM dibuat?
Saya mengawali karir sebagai konsultan IT, dan telah membantu banyak perusahaan dalam mengimplementasikan IT Governance dan IT Service Management. Pada akhirnya, saat perusahaan mengimplementasikan IT Governance dan IT Service Management memerlukan tools untuk otomasi proses-proses IT, sehingga perlu software yang mendukung.
Pada saat itu, software yang tersedia dipasaran untuk IT Governance dan IT Service Management, semua buatan luar negeri, dari yang murah sampai dengan yang mahal. Padahal yang berhasil menjual dan mengimplementasikan produk-produk tersebut adalah orang Indonesia.
Saya berpikir, kenapa kita tidak membuat sendiri software seperti itu, padahal kita yang memahami prosesnya, kita juga yang berhasil menjualnya. Akhirnya saya mulai membuat konsep dan desain, dan dikembangkan oleh tim, sampai akhirnya lahirlah software ini yaitu ESTIM sebagai software buatan anak bangsa, yang berusaha menjadi tuan rumah di negeri sendiri, di tengah gempuran produk sejenis buatan luar negeri.
Kami beri nama ESTIM, merupakan singkatan dari Enterprise System for Information Technology and Management, karena memang target market dari software ini adalah perusahaan-perusahaan yang mengimplementasikan IT Governance dan IT Service Management, di semua sektor dan industri.
Apakah latar belakang pendidikan dan pengalaman Bapak turut mendukung lahirnya ESTIM?
Sudah sekitar 20 tahun profesi saya sebagai seorang konsultan IT, baik saat saya bekerja sebagai karyawan perusahaan, maupun saat saya menjalankan bisnis sendiri. Pendidikan saya, S1 jurusan Manajemen, lalu S2 jurusan Magister Teknologi Informasi, kemudian S3 di jurusan Business Information System dengan konsentrasi IT Governance. Sebagai profesional, saya juga mengambil sertifikasi di bidang yang sama, yaitu seputar IT Governance dan IT Service Management.
Kemudian pada tahun 2013, saya bertemu Pak Tata Kartadibrata, seorang ahli dan master di bidang pemograman Java saat itu, yang kemudian menjadi Co-founder dari ESTIM Software. Dalam perspektif bisnis, kami berdua merupakan kombinasi yang tepat, beliau membawa skill programming-nya, saya membawa konsep, best practice dan benchmark dengan software-software sejenis pada saat itu, termasuk akses ke jaringan pemasaran yaitu perusahaan, yang notabene adalah customer-customer saya saat menjadi konsultan IT.
Bisa dijelaskan awal lahirnya ESTIM?
ESTIM dibangun sebagai software IT Governance dan IT Service Management, yaitu tahun 2013 sampai bulan Juli tahun 2017, yaitu saat launching versi pertama. Dalam kurun waktu tersebut, ESTIM belum bisa dijual karena sedang dalam masa pengembangan. Sebagai perusahaan yang dengan pendanaan Bootstraping saat itu, kami mengandalkan penghasilan saya sebagai Konsultan IT, terkadang kami juga mengambil proyek-proyek pengembangan aplikasi, untuk mendapatkan tambahan modal, sehingga kami bisa kembali merampungkan ESTIM.
Kami memulai pengembangan ESTIM di sebuah garasi, yang ada di rumah sewa tempat tinggal Pak Tata dan karyawan ESTIM, yang waktu itu baru 5 orang, untuk tidur sekaligus kerja di sana. Itu berlangsung selama 3 tahun.
Meskipun perjuangannya cukup berat, tapi kami tidak kehilangan asa dan tetap fokus pada tujuan yang kami yakini, bahwa pada suatu hari kami akan menjual produk ESTIM ini ke berbagai perusahaan di Indonesia, bahkan ke mancanegara. Sampai akhirnya, ESTIM launching di bulan Juli 2017 untuk versi pertama yaitu versi Asmat.
Dalam perjalanannya, kami mendapat apresiasi dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Dimana pada 11 Oktober 2019, dalam acara Partner Enablement untuk para reseller dan implementor ESTIM yang berasal dari berbagai perusahaan IT di Indonesia, kami menerima penghargaan sebagai Program Komputer IT Service Management Pertama di Indonesia.
Asesmen dan penelitian untuk penghargaan Rekor Program Komputer IT Service Management itu dilakukan dengan ketat. Selain dilakukan pengecekan pencatatan Hak Cipta di Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), juga dilakukan asesmen dan penelitian terhadap produk sejenis yang memiliki kemampuan, fitur juga fungsi yang sama dengan ESTIM sebagai rekoris.
ESTIM sebagai Program Komputer IT Service Management memiliki modul-modul yang siap pakai, yang mencakup 26 proses dalam IT Infrastructure Library, dan telah dibandingkan dengan program lain yang ada di dunia. Setelah menjalani semua prosesnya, Rekor MURI menyetujui bahwa ESTIM adalah Program Komputer IT Service Management Pertama di Indonesia, dan berhak mendapatkan penghargaan.
Mengapa software bisnis kurang berkembang di Indonesia?
Bangsa Indonesia sebenarnya mampu membuat produk-produk software komersial yang berkualitas. SDM kita bagus-bagus, programmer-nya jago-jago, bahkan banyak lulusan baru dari universitas dan pendidikan vokasi juga sudah mampu untuk mengembangkan software.
Namun sayangnya, banyak perusahaan, dalam hal ini vendor IT di Indonesia, lebih tertarik untuk menjual produk buatan luar negeri yang sudah memiliki nama, sehingga mudah dijual, dan cepat menghasilkan uang. Akhirnya, Indonesia hanya menjadi pasar bagi perusahaan software luar negeri.
Perlu diketahui, saat kita membuat produk software yang siap digunakan atau sering disebut sebagai Commercial-of-the-self (COTS) software, butuh waktu lama, mungkin 3, 4, 5 tahun atau bahkan lebih, untuk jadi sebuah produk yang siap dijual di pasaran, itu pun tidak ada jaminan ada yang beli. Sehingga, jarang sekali perusahaan di Indonesia yang maumenghabiskan waktu selama itu untuk bakar uang. Masih banyak yang berpikir daripada membuat produk, mendingan menjual produk saja, sudah pasti menghasilkan uang, atau istilahnya Cash and Carry.
Hal itulah yang mengakibatkan kurang berkembangnya industri software komersial dalam negeri sehingga semakin banyak dibanjiri software buatan luar negeri.
Sementara kami sebagai pembesut ESTIM, memutuskan untuk menjalani itu semua, boleh dibilang kami harus puasa dulu selama 3 sampai 4 tahun, mengencangkan ikat pinggang, dan investasi di produk yang kami sedang bangun, dan kami yakini akan menjadi salah satu produk yang bisa diterima di pasar Indonesia, bahkan mancanegara.
Setelah ESTIM pertama kali diluncurkan, bagaimana menjualnya?
Setelah produk ESTIM jadi, ternyata tantangannya lebih banyak karena produk yang kami bangun itu belum langsung diterima oleh market. Berbagai alasan penolakan muncul, dari mulai adanya keraguan apa benar produk ESTIM ini buatan Indonesia, ditambah lagi belum ada perusahaan yang pakai, sampai dengan kualitas produk dan juga support yang diberikan.
Cukup lama juga sejak launching, software kami belum mendapat customer. Padahal waktu itu, kami jual lisensi subscription software-nya untuk 1 perusahaan selama setahun harganya di bawah Rp 50 juta, dengan unlimited user. Tujuannya supaya instansi pemerintah maupun BUMN itu mau beli. Ternyata, susah juga. Ditambah lagi, channel marketing kami saat itu, masih mengandalkan jaringan yang saya miliki, yaitu customer dan network saya sebagai konsultan IT.
Kami juga memanfaatkan media sosial, dimana saya selalu berfoto di depan kantor perusahaan yang saya datangi, dengan memakai kaos berlogo ESTIM, lalu saya upload di media sosial. Kami ingin memberi kesan bahwa produk kami cukup menarik, dan banyak yang minta presentasi dan demo.
Akhir tahun 2017, kami hampir kehabisan “logistik” untuk operasional perusahaan. Sampai-sampai untuk menghemat, saat kami diminta datang oleh salah satu perusahaan BUMN di Cilegon, kami naik kereta api, untuk mempresentasikan dan mendemonstrasikan ESTIM. Alhamdulillah, akhirnya perusahaan tersebut menjadi customer pertama kami.
Setelah itu, sebenarnya banyak perusahaan yang tidak keberatan untuk mendengarkan presentasi dan demo produk kami, namun belum dalam posisi yakin untuk beli software lokal.
Kenapa sulit bersaing dengan software asing di negeri sendiri?
Pertama, Indonesia bukan negara yang dikenal mengeluarkan banyak produk siap pakai atau Commercial-of-the-self (COTS) dalam industri software, karena memang bukan negera penghasil atau sentra software. Karena jarang itulah, maka orang Indonesia pun mempertanyakan, apa benar ini produk buatan Indonesia, dan apakah kualitasnya bisa setara dengan software buatan luar.
Sehingga untuk meyakinkan bahwa ESTIM ini 100 persen buatan lokal, kami memberi nama versinya menggunakan urutan abjad dari nama suku di Indonesia, versi 1 Asmat, versi 2 Badui, versi 3 Chaniago, versi 4 Dayak. Dan saat ini, dalam pengembangan versi ke 5 yaitu Ende, dengan beberapa fitur terkait pengembangan 4.0 seperti IoT, dan analytic.
Kedua, banyak perusahaan vendor IT di Indonesia, maunya jual yang pasti-pasti saja, yaitu jual produk yang sudah punya nama, dan sudah banyak diimplementasikan di dalam dan luar negeri. Bagi mereka jelas, cash and carry, yang penting margin. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab produk lokal kesulitan untuk bersaing dengan produk asing.
Ketiga, perusahaan Indonesia nggak mau pusing, kalau mereka beli produk yang sudah terkenal maka mempertanggungjawabkannya gampang karena software yang dibeli ini sudah dipakai dimana-mana, tidak hanya di Indonesia dan support-nya bagus. Meskipun ada kebijakan utamakan menggunakan produk dalam negeri yang digencarkan pemerintah, tapi komitmennya tidak merata dan tidak sampai ke instansi terbawah dan pengambil keputusan akhir untuk pembelian piranti IT. Kami masih sering melihat, persyaratan tender yang pro software asing, yaitu mencantumkan bahwa produk yang ditawarkan harus tercantum dalam Gartner Leader Quadrant, tentunya hal ini menjadi batu sandungan bagi software lokal, yang baru merintis untuk masuk ke pasar software nasional.
Apa kelebihan software ESTIM dibandingkan kompetitor?
Dibandingkan produk kompetitor, ESTIM dibangun dengan mengacu ke best practice, bahkan prosesnya sudah dikonfigurasi sesuai dengan framework-framework IT Governance dan IT Service Management yang ter-update, bahkan ESTIM juga mempertimbangkan kearifan lokal, dimana implementasinya mempertimbangkan kultur implementasi proses, baik di BUMN maupun Instansi Pusat/Pemerintah Daerah di Indonesia, termasuk mengacu ke SPBE terbaru. Bahkan ESTIM, sangat fleksibel untuk digunakan berbagai perusahaan dan organisasi, dari yang ingin langsung pakai, sampai yang ingin melakukan kustomisasi secara ekstensif.
Kelebihan kami yang kedua, ESTIM memiliki modul yang lengkap dibandingkan dengan kompetitor yang lain. Kami membuat ESTIM menjadi software ERP-nya untuk IT atau SuperApps-nya IT. Jadi semua proses IT dari mulai perencanaan, pengembangan dan akuisisi, operasional layanan, sampai dengan monitoring, evaluasi, dan audit semuanya ada di ESTIM. Sepengetahuan saya, sampai saat ini, sedikit sekali kalau pun ada, produk IT untuk IT Governance dan IT Service Management yang punya modul selengkap ESTIM.
Kelebihan yang ketiga, sebagai produk lokal pasti mengenai harga, kami tahu kemampuan sebagian besar perusahaan Indonesia seperti apa. Jadi kami punya paket untuk size perusahaan kecil, menengah, besar dan modul apa yang paling mereka butuhkan. Ditambah lagi lisensi kami adalah application-based. Jadi, kalau implementasi produk kami, hanya akan dikenakan 1 lisensi, 1 harga, berapa pun user-nya, sementara kompetitor, lisensi mereka dijual berdasarkan jumlah user yang menggunakan.
Seperti apa Model Bisnis ESTIM?
ESTIM dikembangkan oleh PT Lemurian Inovasi Teknologi, yang merupakan principal dari produk ini, kami juga punya mitra Distributor, yaitu PT Mitratex Konsultan, serta para reseller yang merupakan vendor IT dan perusahaan system integrator di Indonesia. Saat ini, ESTIM sudah tersedia di e-Katalog LKPP, dengan paket dan harga khusus untuk Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah, sehingga kami harapkan bisa mendukung program pemerintah untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.
Lisensinya sendiri kami siapkan tiga tipe yang bisa dipilih, yaitu Perpetual On-Premise dan Subscription On-premise, dimana keduanya di-install di infrastruktur milik customer, sementara tipe ketiga yaitu Subscription On-Cloud atau Software as a Service (SaaS) untuk perusahaan yang menginginkan kemudahan dan tidak mau pusing menyiapkan server maupun storage. Sedangkan, modulnya kami kelompokkan ke dalam paket-paket yang bisa dipilih oleh customer kami, yaitu Basic, Standar, Enterprise dan Ultimate. Pilihan paket tersebut memberikan fleksibilitas dan keleluasaan bagi perusahaan dan organisasi dalam pemilihan modul.
Apa manfaat yang didapatkan Perusahaan setelah menggunakan ESTIM?
Sampai saat ini, ESTIM telah digunakan oleh puluhan Customer, ada perusahaan otomotif, perbankan, asuransi, manufaktur, transportasi dan pelabuhan, energi, perusahaan teknologi, dan beberapa kementerian dan lembaga. Perusahaan dan organisasi yang menggunakan ESTIM, tingkat maturity level mereka meningkat, bahkan ada beberapa perusahaan menggunakan ESTIM sebagai tools untuk mendapatkan sertifikasi ISO 20000. Seperti yang saya jelaskan, ESTIM merupakan solusi untuk IT Governance dan IT Service Management, sehinga sangat relevan dan sesuai digunakan untuk digitalisasi proses-proses IT, yang umumnya menjadi persyaratan dari framework tata kelola IT untuk mendapatkan tingkat kematangan yang lebih tinggi, juga standar ISO 20000 untuk menjalankan proses-proses yang disyaratkan.
Apakah ESTIM digunakan Perusahaan Multinasional dan di Luar Negeri?
ESTIM ini adalah tools yang dibuat berdasarkan best practices IT yang banyak diadopsi oleh perusahaan dan organisasi di dunia, seperti ITIL, COBIT, ISO 20000, ISO 27001, TOGAF serta framework lainnya yang terkait IT Governance dan IT Service Management, sehingga pasar ESTIM tidak hanya perusahaan nasional, tetapi juga perusahaan Multinasional dan Luar Negeri.
Sebenarnya, kami sudah ada upaya untuk masuk ke pasar luar negeri, saya hubungi semua e-mail maupun nomor telepon Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) dan Atase Perdangangan Indonesia di seluruh dunia. Ada lebih dari 30 perwakilan Indonesia yang saya kirimi e-mail. Sayangnya, usaha menembus pasar luar negeri, melalui perwakilan Indonesia ini belum berhasil. Malah customer pertama kami di luar negeri didapat melalui salah satu customer kami, yang merekomendasikan ESTIM ke perusahaan telekomunikasi di Brunei yaitu Progresif. Setelah kami presentasi dan demo produk, mereka senang, dan langsung beli. Bahkan, ESTIM di Brunei tidak hanya dipakai oleh Progresif, tapi juga di tiga perusahaan telekomunikasi lainnya yaitu UNN, Telbru dan DST. Sementara di Indonesia, ESTIM juga digunakan di beberapa perusahaan Multinasional, seperti Tokio Marine Indonesia dan Bank QNB.
Tahun depan, kami akan menjajaki untuk masuk ke pasar luar negeri dengan lebih serius, kami lakukan marketing melalui social media campaign, dan sedang menjajaki juga kerjasama dengan perusahaan di Singapore sebagai reseller kami. Selain itu, tahun depan kami sudah punya agenda untuk mengundang lembaga pemeringkat software ITSM yang berkedudukan di Kanada, yaitu Pink Verify, agar produk kami makin dikenal luas tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh Dunia. Kami berharap ke depannya, kami targetkan tahun 2025, ESTIM Software sudah bisa masuk di Gartner Magic Quadrant, mudah-mudahan bisa terlaksana.
Bagaimana pengembangan SDM di ESTIM?
Saat ini kami memiliki 54 karyawan, dan 6 di antaranya adalah Back-Office. Sementara sisanya adalah Solution Architect, Programmer dan Software Quality Assurance. Solution Architect adalah para expert dan konsultan di bidang IT Governance dan IT Service Management. Kami terus mengembangkan modul-modul dan men-design ESTIM ini sesuai dengan best practice yang berkembang. Sementara itu, 75% Programmer dan Software Quality Assurance kami adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan sekolah vokasi di bidang rekayasa perangkat lunak. Kami memiliki kerjasama dengan 8 SMK di Jawa Barat untuk rekrutmen lulusan terbaik, untuk kami gembleng dalam program Bootcamp, dimana para peserta diajarkan dan juga dilatih menjadi Programmer dan Software Quality Assurance yang handal, sesuai kebutuhan kami.
Bagaimana rencana pengembangan ESTIM dan Target Market?
Sejak diluncurkan tahun 2017, kami memiliki Roadmap yang jelas, menuju tahun 2025. Selain terus-menerus mengembangkan ESTIM dengan mengakomodasi perkembangan framework best practice dan standard yang menjadi acuan, juga disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan organisasi di Indonesia. Paling tidak, perusahaan-perusahaan BUMN, Instansi Pemerintah, Perbankan serta BUMD menjadi segmen utama ESTIM, di samping perusahaan swasta lainnya. Terlebih di segmen tersebut, ada katalisator, yaitu peraturan dan kebijakan terkait Tata Kelola IT, seperti Permen No. PER 03/MBU/02/2018; Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) tahun 2020; Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007; dan POJK Nomor 38/POJK.03/2016. Regulasi tersebut juga sangat relevan dengan ESTIM sebagai solusi IT Governance dan IT Service Management.
Market Indonesia yang sangat besar, masih sangat terbuka untuk ESTIM, meskipun kami harus berkompetisi dengan software luar negeri di segmen yang sama. Kami memiliki target untuk menguasai pasar Indonesia pada tahun 2025, untuk solusi atau software IT Governance dan IT Service Management. Kami berharap, dengan keunikan solusi kami, yang saat ini masih merupakan satu-satunya produk lokal yang paling lengkap, kami bisa terus-menerus menambah customer-based juga meningkatkan pertumbuhan revenue dan profitabilitas perusahaan, sambil terus-menerus meningkatkan fungsionalitas dan fitur dari produk kami sesuai dengan roadmap yang telah kami buat, serta secara bekelanjutan memperkuat dukungan teknis kami, yang saat ini sudah beroperasi 24×7.