Studi berjudul APAC On The Move, yang dilakukan HERE Technologies platform data dan teknologi lokasi, menunjukkan pelacakan aset dari hulu ke hilir dan visibilitas pengiriman masih menjadi sebuah tantangan bagi perusahaan-perusahaan logistik di Indonesia selama tiga tahun sejak awal pandemi.
Perusahaan-perusahaan logistik Indonesia yang disurvei mengatakan bahwa penerapan teknologi merupakan tantangan terbesar untuk memperoleh tampilan pendistribusian dari hulu ke hilir secara bersamaan, walaupun mereka juga termotivasi untuk memperbaiki efisiensi pada operasional.
Dalam keterangannya, 12/05/2023, Abhijit Sengupta, Direktur Senior & Kepala Bisnis untuk Asia Tenggara dan India di HERE Technologies, mengatakan, “Industri Logistik di Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh secara optimal. Walaupun pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk menurunkan biaya logistik dan meningkatkan daya tarik sektor ini, masih banyak yang harus dilakukan untuk mendorong perusahaan logistik beralih ke teknologi lokasi guna merampingkan/mempersingkat proses logistik dan pada akhirnya dapat memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi negara.”.
Berikut rangkuman dari studi APAC On The Move 2023:
Kemitraan dan implementasi teknologi merupakan tantangan besar
Menurut survei, lebih dari seperlima perusahaan-perusahaan di Indonesia (23%) mengatakan adanya kekhawatiran akibat potensi gangguan yang timbul pada proses-proses dan layanan-layanan yang ada di mana hal ini merupakan hambatan terbesar mereka dalam menerapkan teknologi. Tantangan dalam mengidentifikasi mitra dan/atau pemasok yang tepat dan kemampuan untuk meraih keuntungan finansial dari sebuah investasi juga masuk dalam peringkat tantangan yang tinggi.
Perusahaan-perusahaan logistik yang disurvei menginginkan adanya solusi yang mudah dipakai dan diterapkan, murah, cepat dan sedikit menggunakan tenaga manusia. Menurut studi dari HERE, kurangnya tenaga kerja yang menggunakan perangkat lunak (17%), kurangnya waktu untuk mengimplementasikan solusi (16%), dan tantangan integrasi perangkat lunak dengan infrastruktur yang ada (15%) menjadi masalah utama untuk menerapkan solusi pelacakan aset logistik dan pemantauan pengiriman/kargo.
Perusahaan logistik Indonesia masih mengandalkan pelacakan manual
Pandemi telah menunjukkan kerentanan dari intervensi yang dilakukan secara manual pada pendistribusian global. Akan tetapi, sekitar 47% perusahaan-perusahaan logistik Indonesia yang disurvei telah menggabungkan perangkat lunak untuk pelacakan aset dan pemantauan pengiriman dengan melakukan input secara manual guna melacak aset, pengiriman, dan kargo.
Proses yang dilakukan secara manual memiliki peluang lebih tinggi dalam menciptakan kesenjangan dan kerentanan pada pendistribusian, dan ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan belum memiliki infrastruktur yang sesuai. Di satu sisi, solusi pelacakan otomatis dalam waktu yang bersamaan dapat memberikan kesempatan untuk mempercepat inovasi dan mengatasi gangguan-gangguan secara tepat.
Beralih ke teknologi lokasi untuk meningkatkan pertumbuhan inovasi dan proses-proses internal
Biaya logistik di Indonesia mencapai 24% dari total produk domestik bruto (PDB), di mana hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan biaya logistik termahal di Asia[[i]]. Untuk lebih meningkatkan efisiensi logistik Indonesia dan daya saing ekonomi, perusahaan-perusahaan logistik Indonesia sedang memprioritaskan peningkatan visibilitas dan mengoptimalkan pertumbuhan inovatif dengan memanfaatkan teknologi lokasi untuk pengiriman dan pemantauan kargo.
Perusahaan logistik berharap bisa menggunakan data lokasi untuk mengoptimalkan aset logistik (46%), memperluas ke area baru sesuai permintaan logistik dan logistik jarak jauh (45%) dan untuk mengidentifikasi area yang tidak efisien untuk mengurangi biaya (44%).
Industri logistik Indonesia berharap teknologi masa depan dapat memotong biaya logistik
Perusahaan-perusahaan logistik dapat mengambil keputusan dengan baik berdasarkan informasi cukup melalui pemantauan secara langsung dan penyediaan data yang difasilitasi oleh Internet of Things (IoT). Di Indonesia, perusahaan logistik sudah menerapkan teknologi IoT. Perusahaan yang bergerak di bidang layanan kurir, ekspres, dan parsel (CEP) (28%) telah menggunakan teknologi IoT, diikuti perusahaan pelacakan barang yang mudah rusak dan obat-obatan (23%), dan perusahaan pelacakan barang besar seperti barang yang tidak mudah rusak dan furnitur (22%).
Aplikasi IoT yang digunakan untuk pengelolaan inventaris (21%), pengelolaan armada (18%), dan pengelolaan gudang (17%) menjadi aplikasi paling popular di antara perusahaan-perusahaan logistik Indonesia.
Ke depannya, perusahaan-perusahaan logistik di Indonesia sangat tertarik untuk berinvestasi pada artificial learning dan machine learning (48%), robotik (37%), dan drone (34%) guna meningkatkan daya tarik industri. Teknologi-teknologi ini dipercaya dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja (46%), meningkatkan kemampuan teknologi (43%) dan mencegah biaya-biaya tambahan (41%).
Baca juga: Digitalisasi Dinilai Jadi Solusi Turunkan Biaya Logistik Pengiriman Antarkota