Jakarta, ItWorks- Bemain game on line di tengah pandemi Covid-19 mengalami tren peningkatan di kalangan anak-anak yang berpengaruh terhadap perangai anak menjadi lebih pemarah. Meski demikian melarang aktivitas anak dalam video game bukan solusi, tetapi lebih efektif mengontrol serta menjelaskan aturannya.
Ketika seorang anak bermain video game, orang tua pasti memikirkan bagaimana bahaya yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan tersebut. Akankah game ini memengaruhi perilaku anak? Akankah dapat menyebabkan mimpi buruk? Akankah ada ketakutan yang tidak bisa dihilangkan? Bagaimana jika anak sudah terlanjur kecanduan?
Faktanya, hasil penelitian yang dilakukan Mei lalu oleh perusahaan keamanan siber global Kaspersky menunjukkan, bahwa empat dari 10 orang tua dari Asia Tenggara (SEA) percaya bahwa anak-anak mereka menjadi “lebih pemarah dari biasanya” setelah bermain game.
Dalam studi derjudul “More Connected Than Ever Before: How We Build Our Digital Comfort Zones”, survei terbaru di antara 760 responden dari wilayah tersebut mengonfirmasi bahwa anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu online karena situasi pandemi covid-19. Sebanyak 63% orang tua yang disurvei setuju, sementara hanya 20% yang membantah pengamatan ini.
“Orang tua saat ini membesarkan anak-anak dalam era digital natives. Mereka terlahir dengan perangkat digital, dan internet. Masa penguncian (lockdown) sejeak pandemi kian meningkatkan ketergantungan anak pada internet. Sehingga orang tua perlu mengatur waktu bekerja, sekaligus parenting pada saat yang sama di dalam rumah mereka,” ungkap Stephan Neumeier, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky dalam siaran pers (12/10/2020), di Jakarta,
Dikatakan, meskipun dapat dimengerti jika orang tua memiliki kekhawatiran tentang kebiasaan online anak-anak mereka, ketakutan orang tua terkait video game terkadang cukup objektif dan terkadang juga sedikit berlebihan. “Terdapat beberapa bahaya yang tidak dapat disangkal, tetapi sejumlah penelitian juga menemukan bagaimana bermain game online dapat bermanfaat bagi anak-anak. Pada dasarnya semuanya akan memiliki manfaat asalkan moderasi dan bimbingan tetap diterapkan,” tambahnya.
Menurutnya, orang tua bisa melarang kegiatan sang anak main game online jika anak memiliki kecenderungan yang merugikan kesehatan misalnya ada gangguan penglihatan dan mengganggu postur tubuh. Dalam hal ini, Kaspersky memberikan solusi:
● Memasang monitor yang baik dapat membantu meringankan masalah penglihatan. Produsen layar modern berusaha menemukan solusi untuk meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh monitor terhadap mata manusia.
● Selalu ingat pentingnya posisi yang nyaman saat bermain dan bekerja di depan komputer. Kursi yang baik, meja dengan ketinggian tepat, postur tubuh yang nyaman dan jarak cukup jauh dari monitor akan membantu penglihatan dan postur tubuh anak Anda.
● Tentunya cara menjaga penglihatan tetap baik adalah dengan membatasi waktu bermain. Pada saat yang sama, penting agar pembatasan tersebut dibuat baik pada tingkat program maupun kesepakatan antara Anda dan anak.
Disebutkan, perilaku agresif seorang anak tidak didorong oleh video game yang mereka mainkan, tetapi oleh alasan lebih luas.
Kapersky menyarankan agar para orang tua menggunakan peringkat usia (rating) dalam video games. Untuk mencegah anak main game yang tidak sesuai dengan usianya (misalnya, yang dibeli untuk Anda sendiri, atau yang mereka unduh dari Internet), disarankan untuk gunakan perangkat lunak untuk membatasi kemampuan peluncuran game atau konten apa pun yang didasarkan pada peringkat usia.
“Hal terpenting adalah selalu ingat bahwa setiap kali mencoba membatasi akses anak ke permainan, pertama-tama Anda perlu berbicara dengan mereka dan menjelaskan mengapa tindakan tersebut penting dilakukan,” kata dia.
Disebutkan, larangan bermain game bukanlah keputusan tepat: seorang anak, yang teman-temannya bermain videogame, pasti akan merasa seperti diperlakukan tidak adil. Selain itu, permainan adalah sebuah seni baru, tidak hanya menarik bagi anak untuk mengenalnya, tetapi juga bisa sangat bermanfaat terutama jika orang tua dapat mengarahkan dengan baik.
Ketakutan Virus Komputer
Beberapa orang tua khawatir akan malware yang mungkin dipasang oleh anak mereka dan bukanlah game yang dituju. Tentu saja, bagaimanapun, keinginan seorang remaja untuk memainkan berbagai jenis video game dapat mengarah pada pengunduhan versi bajakan.
Riset terbaru Kaspersky menunjukkan bahwa aktivitas peretas yang memanfaatkan tema game sebagai umpan telah meningkat secara signifikan sejak merebaknya pandemi covid-19. Pada saat yang sama, aktor ancaman yang menggunakan tema game dalam serangan mereka tidak menggunakan metode teknis canggih, mereka hanya mengandalkan kecerobohan dan ketidaktahuan pengguna. Dalam hal ini diberikan ada solusi:
● Pertama-tama, penting untuk menjelaskan kepada anak apa itu malware, di mana potensi untuk mengunduhnya, dan apa bahayanya.
● Anda juga perlu meluangkan waktu untuk berbicara dengan anak tentang sisi buruk pembajakan.
● Gunakan antivirus. Ini berguna bukan hanya jika seorang anak secara tidak sengaja menginstal malware, tetapi juga dalam banyak situasi lainnya.
Harus diingat pula bahwa ada permainan berbeda untuk setiap anak dan usia. Dalam hal ini disarankan:
. Gunakan peringkat usia (rating). Ingatlah bahwa peringkat usia bahkan mengalami penyimpangan kecil, jika cukup yakin bahwa game dengan peringkat 12+ itu bagus, mengapa tidak menginstalnya untuk putra Anda yang berusia sepuluh tahun?
. Untuk mencegah anak meluncurkan game yang tidak sesuai dengan usianya (misalnya, yang dibeli untuk Anda sendiri, atau yang mereka unduh dari Internet), gunakan perangkat lunak untuk membatasi kemampuan peluncuran game atau konten apa pun yang didasarkan pada peringkat usia.
. Hal terpenting adalah selalu ingat bahwa setiap kali mencoba membatasi akses anak ke permainan, pertama-tama Anda perlu berbicara dengan mereka dan menjelaskan mengapa tindakan tersebut penting dilakukan.
Sebagai kesimpulan, hal terpenting bukanlah melarang anak Anda bermain video game, tetapi menjaga mereka tetap aman. Enam poin berikut akan membantu orang tua lebih mengontrol area kehidupan anak:
• Komunikasi
• Peringkat usia
• Batas waktu
• Perlindungan terhadap kode berbahaya
• Pengaturan yang membatasi pembelian aplikasi
• Mendorong anak memiliki hobi di dunia nyata.