Perusahaan operator terminal PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) saat ini tengah gencar melakukan transformasi digital di seluruh area kerja perseroan. Hal itu dilakukan SPTP untuk meningkatkan pelayanan terhadap para perusahaan pelayaran yang menjadi pelanggan utamanya.
Melalui transformasi digital, SPTP bertekad untuk mengembangkan ekosistem pelabuhan yang terintegrasi guna meningkatkan efisiensi aktivitas bongkar muat. Hal ini sesuai dengan visi dari perseoran sendiri yakni Operator terminal terkemuka yang berkelas dunia. Adapun misinya adalah Mendukung ekosistem petikemas yang terintegrasi melalui keunggulan operasional, optimalisasi jaringan dan kemitraan strategis untuk pertumbuhan ekonomi nasional.
“Pengintegrasian ekosistem pelabuhan sejatinya sudah kami lakukan sejak merger empat regional Pelindo menjadi satu kesatuan. Dengan bergabungnya Pelindo menjadi kesatuan, membuat adanya kesamaan dalam pendataan dan berkas jika kapal beralih dari wilayah satu ke wilayah lainnya,” kata Hadi Mohammad Lukmantyo Senior Vice President Teknologi Informasi PT Pelindo Terminal Petikemas dalam wawancara penjurian TOP Digital Awards 2023 yang diselenggarakan Majalah IT Works secara virtual beberapa waktu lalu.
Hadi mengatakan dalam upaya melakukan integrasi ekosistem pelabuhan melalui transformasi digital, SPTP telah menyusun IT Master Plan yang berfokus pada tiga isu utama yakni integrasi, sistem yang handal, digitalisasi proses bisnis dan tata kelola IT.
“Penjabaran dari tiga isu ini ada dalam masterplan dimana di tahun 2023 kita mengusung tema Strengthen Foundation & Standardization dimana fokus kita adalah bagaimana melakukan transformasi pasca merger. Seperti diketahui, pasca merger kita menghadapi maturity yang berbeda beda di 4 Pelindo jadi kami berhadapan dengan terminal yang mempunya kapabilitas berbeda di terminal masing-masing. Nah ini yang kami fokus di 2023 untuk melakukan standarisasi,” ujar Hadi.
“Sementara untuk ditahun 2024 masterplan kita temanya adalah Scale up Business Capability dan untuk tahun 2025 temanya Sustain untuk terus berkembang dan berinovasi. Melalui masterplan IT ini juga kita di SPTP telah komitmen untuk menjadikan IT sebagai enabler yang menunjang bisnis,” sambung dia.
Hadi menuturkan ada beberapa tantangan yang dihadapi SPTP sejalan dengan komitmen perseroan dalam transformasi digital. Ini seperti, pertama, Multiple Terminal Operating System (TOS). Pasca merger Pelindo pada Oktober 2021, SPTP menghadapi permasalahan akan sistem TOS yang berbeda-beda di setiap terminal. Ini menjadi tantangan SPTP untuk bagaimana menjadikan berbagai sistem TOS berbeda ini berintegrasi menjadi satu single sistem.
“Jadi pasca merger ini, kami tantangan pertamanya adalah TOS yang sudah mulai kita rapikan dari yang awalnya berbeda-beda warnanya kita coba standarisasi. Jadilah satu sistem namanya TOS Nusantara. saat ini kita lakukan secara bertahap di seluruh terminal yang dikelola oleh SPTP,” tutur Hadi.
Sistem TOS Nusantara nantinya akan mempermudah perencanaan dan pengendalian kegiatan operasional dan menghasilkan informasi yang lengkap. Sistem ini juga akan terhubung dengan portal pelanggan bagi pengguna jasa SPTP.
Selain sudah berstandar internasional, TOS Nusantara juga telah memenuhi standar operasional terminal peti kemas SPTP. Memiliki tampilan 3 dimensi sehingga memberikan kemudahan dalam pengaturan kegiatan peti kemas baik di lapangan penumpukan maupun di atas kapal.
Bagi pelanggan perusahaan, sistem baru ini akan memudahkan mereka dalam mengakses layanan terminal petikemas. Permohonan layanan dapat dilakukan dalam 1 aplikasi portal, dapat diakses dari bermacam gawai di manapun dan kapanpun, menyediakan satu menu untuk berbagai layanan. Sistem ini juga mendukung pembayaran secara elektronik, pengguna juga dapat melakukan pembatalan permohonan layanan selama belum dilakukan pembayaran. Pengguna jasa juga dapat melihat jadwal kedatangan kapal pada beranda aplikasi portal pelanggan.
“Sistem ini juga didukung dengan layanan pelanggan 24/7 yang siap setiap saat dalam membantu para pengguna jasa PT Pelindo Terminal Petikemas,” lanjut dia.
Untuk diketahui TOS adalah sistem aplikasi yang mengoperasikan Terminal Petikemas. Sistem yang diatur di dalam TOS (Terminal Operating System) dapat mengetahui data secara online dan real time. Tujuan sistem TOS adalah untuk mengelola perencanaan barang, alat, dan semua fasilitas yang digunakan pada seluruh aktivitas di pelabuhan secara efesien dan efektif.
Tantangan kedua adalah Billing System and Customer Portal. “Jadi pasca merger ini juga kami mengahadapi Billing System and Customer Portal yang berbeda-beda antar terminal. Yang mana ini akhirnya menyulitkan customer, mengambil waktu dan biaya yang tidak sedikit bagi customer. Nah ini coba kami tata dengan menyusun single billing system dan single customer Portal. Saat ini sistem tersebut sedang dibangun oleh anak perusahaan pelindo yg bergerak di IT,” papar Hadi.
Tantangan ketiga adalah isu unintegrated data across terminals. Hadi mengatakan untuk membangun ekosistem pelabuhan, SPTP terus melalukan transformasi dalam pengintegrasian antara pelabuhan peti kemas milik SPTP, salah satunya melakukan pertukaran data antara terminal dengan pelayaran.
“Nah ini tantangan paling berat adalah integrasi data antar terminal. hubungannya adalah karena TOS-nya tadi kita katakan itu berbeda-beda yang membuat secara data pun strukturnya berbeda. Nah ini menyulitkan sehingga ketika melakukan integrasi dan konsolidasi ke kantor pusat ini juga sulit. Integrasi data inicoba kami tata,” jelas dia.
Jadi ini harapannya ketika nanti sudah Single TOS, Single Billing System, Single Customer Portal kedepan sudah tidak lagi customer portal bermacam-macam.
Customer cukup booking dan monitoring pembayaran hanya di satu customer portal. Jadi dia mau menyandarkan kapal dari Sabang sampai Merauke itu hanya mengakses satu customer portal tidak seperti kemarin mereka harus booking layanan ketika masuk satu terminal mereka harus masuk customer portal terminal tersebut melakukan booking layanan sampai pembayaran tersendiri sendiri,” lanjut Hadi.
Untuk tantangan keempat adalah Lack of Integration with Stakeholder. Ini adalah isu yang dihadapi SPTP terkait integrasi perseroan dengan para stakeholders seperti bea cukai dan berbagai kementerian lainnya.
“Jadi karena diawal itu sistem dan datanya berbeda, kami harus membuat koneksi tersendiri masing masing terminal. Ini sangat menyusahkan den membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tapi ini coba kami rapikan dan Alhamdulillah di 2023 sudah mulai tertata di SPTP sehingga sekarang sudah bermacam-macam dan sudah mengarah ke standarisasi penggunaan terminal operating ekosistemnya. Harapannya integrasi dengan stakeholders seperti kita berhubungan dengan national logistic system ini lebih mudah untuk pertukaran data,” ungkap Hadi.
Penulis: Abi Abdul Jabbar Sidik