Proses digitalisasi PT BPR Jawa Timur (Perseroda) atau Bank UMKM Jatim berjalan kian matang. Kendati berjalan relative baru, namun ternyata sudah cukup berkembang pesat. Bahkan telah mampu melahirkan aplikasi Super Apps bernama Go UMKM.
Super Apps ini berangkat dari kondisi adanya pengguna smartphone yang berjumlah 96% di Indonesia. “Kami membuat Mobile Aplikasi (superapps) ini untuk dapat menjangkau pengguna (nasabah) kami. Namun begitu, karena hanya 4,2% orang Indonesia yang menggunakan Mobile Apps untuk membayar tagihan, kami memahami bahwa kami juga perlu membantu merchant memfasilitasi pelanggan mereka untuk membayar tagihan,” tutur Direktur Utama Bank UMKM Jawa Timur, Yudhi Wahyu.
Pernyataan Yudhi tersebut disampaikan saat mengikuti penjurian TOP Digital Awards 2023 yang digelar Majalah It Works secara daring, Rabu (25/10/2023). Di depan Dewan Juri, Yudhi yang kala itu didampingi Agung – Dirum Bank UMKM itu menjabarkan sederet keberhasilan perusahaan yang dipimpinnya dalam proses digitalisasi tersebut. Meski baru berjalan tak terlalu lama ini.
“(Dengan kondisi tersebut) kami memutuskan untuk membangun layanan digital generasi mendatang Digital Services Offline to Online (O2O) – personal dan mitra termasuk payment. Dan aplikasi UMKM Go telah disetujui oleh OJK nomor: S- 127 / KR.0412 / 2023 Perihal: Persetujuan Penyelenggaraan Aplikasi UMKM Go Bank Saudara,” lanjutnya.
Dijelaskan dia, bank BPR yang memiliki asset terbesar ketiga di Indonesia mencapai Rp3,3 triliun per September 2023 itu mengaku, melakukan digitalisasi layanan perbankan sejak November 2022. Ini dilakukan untuk meningkatkan layanan dengan memberikan kemudahan, kenyamanan serta keamanan nasabah dalam melakukan transaksi perbankan atau keuangan di BPR Jatim.
“Digitalisasi layanan perbankan (keuangan) BPR Jatim untuk memudahkan nasabah (individual, korporasi dan pemerintahan) dan calon nasabah melakukan transaksi keuangan (transfer, pembelian dan pembayaran) tanpa dibatasi oleh waktu dan jarak serta kenyamanan dan keamanan. Dalam semua ekosistem antara lain Pendididikan, UMKM, Bumdes dan lainnya,” ujar dia.
Namun begitu, kendati sudah mampu mengembangkan digitialisasi dengan Super Apps-nya, Bank UMKM Jatim tetap menghadapi sederet tantangan. Seperti, pertama, terkait konektivitas (jaringan komunikasi) yang terbatas, khususnya daerah pelosok menjadi tantangan penerapan platform layanan digital.
Kedua, soal literasi digital, yakni kemampuan menggunakan perangkat telepon pintar (smartphone) menjadi tantangan yang harus disiasati. Ketiga, lanskap regulasi, yaitu pemenuhan kebijakan dari regulator khususnya untuk BPR menjadi tantangan atas keleluasaan dalam penerapaan layanan platform digital.
Keempat, peningkatan kemampuan dan kapasitas infrastruktur yang memerlukan tambahan biaya. “Dan kelima, masalah keamanan siber. Karena bagaimana pun juga, penerapan layanan digital ini berdampak kepada risiko ancaman siber meningkat dan mengharuskan melakukan penguatan sistem keamanan siber utuk melindungi nasabah dari ancaman serangan siber tersebut,” ujarnya.
UMKM Go Jadi Solusi
Dan kini, lebih lanjut Yudhi menjelaskan, setelah sederet tantangan dapat dikendalikan, setelah pengembangan Super Apps itu berjalan mulus, akhirnya UMKM Go itu menjad solusi bisnis yang menguntungkan perusahaan. Secara bisnis, kinerjanya mengalami pertumbuhan berarti.
Untuk beberapa komunitas UMKM, super apps ini lebih solutif. “Kalau bagi pengelola (komunitas UMKM) dapat meningkatkan engagement dengan anggota komunitasnya dalam penyampaian berita, informasi, saluran pengaduan, pengelolaan berbagai jenis tagihan rutin/non rutin serta donasi.”
“Super Apps ini, mobile aplikasi ini juga digunakan oleh anggota komunitas secara personal dalam berkomunikasi dengan pengelola, mendapatkan informasi dan berita terupdate, menu Hotline, laporan pengaduan, katalog merchant, melakukan pembayaran tagihan rutin/non rutin, donasi serta pembelian produk digital,” imbuh Yudhi.
“Lalu untuk merchant, dengan super apps ini membantu merchant untuk menambah penghasilan dengan menjual produk digital serta dapat menerima pembayaran tunai tagihan masyarakat dan top up saldo aplikasi personal,” katanya.
Yudhi juga membeberkan beberapa indikator keberhasilan berupa peningkatan dari sisi transaksi perbankan yang dilakukan nasabah Bank UMKM Jatim melalui super apps ini. Tercatat, untuk transaksi antar bank berupa transaksi layanan cash ini melalui virtual account mencapai Rp154,5 miliar dari 26.468 transaksi selama periode Januari-September 2023. Ini berarti melonjak 152% secara year on year (yoy).
Lalu untuk transaksi cash out selama periode tersebut mencapai Rp263,7 miliar atau sebanyak 17.026 transaksi. Berarti naik 40% (yoy). Untuk layanan cash pick up sebanyak Rp12,7 miliar atau 36.095 transaksi dari Januari-September 2023. Untuk transaki ini turun 1,13% yoy.
Selanjutnya, untuk transaksi aplikasi UMKM Go, yakni transaksi menggunakan payment point online banking (PPOB) mengalami lonjakan luar biasa mencapai 103% (yoy) selama sembilan bulan 2023 itu, yakni mencapai Rp3,37 miliar atau 26.744 transaksi.
“Bahkan dengan super apps ini sudah dilakukan transaksi transfer dari luar negeri. Dengan nilai Rp1,64 miliar dari 343 transaksi dari Januari ke September. Ini berarti mengalami lonjakan luar biasa yaitu 306% (yoy). Dengan negara asal terbanyak adalah Malaysia 23%, Singapura 20%, Taiwan 17%, dan Hongkng 11%,” ungkap Yudhi.
Dan terakhir, transaksi dari aplikasi Go-Zis dengan nilai Rp1,022 miliar atau 701 transaksi. Aplikasi Go-Zis ini melayani donasi untuk penyaluran zakat, infaq, sodaqoh, dan aplikasi pembayaran warga Nahdlatul Ulama.
Kembali dia menjelaskan, keberhasilan digitalisasi di Bank UMKM Jatim ini tak lepas dari pihaknya yang membentenginya dengan cyber security. Penerapan cyber security pada BPR kebanggaan masyarakat Jatim ini menerapkan ketiga konsep CIA Triad, yaitu Confidentiality (kerahasiaan), Integrity (integritas), dan Availability (ketersediaan).
Yaitu, dari sisi kerahasiaan, melindungi informasi sensitive dari akses yang tidak sah. Dari aspek integritas, memastikan sistem dan layanan tetap dapat diakses oleh pengguna yang berwenang. Dan dari sisi ketersediaan yakni menjaga keaslian dan kebenaran data.
Adapaun beberapa langkah cyber security tersebut adalah, melaksanakan Audit Teknologi Informasi secara berkala (1 tahun sekali), mengacu kepada POJK 75/POJK.03/2016, melakukan pelatihan SDM Teknologi Informasi terkait cyber security. “Dan saat ini, di BPR Jatim ini ada dua staf Teknologi Informasi memiliki sertifikasi CEH (Certified Ethical Hacker),” kata Yudhi.
Lalu, implementasi ISO 27001:2022 tentang Information Security, cyber security, Privacy Proction, juga uji disaster (Disaster Recovery Plan) secara berkala, mengacu kepada PBI No. 23/6/PBI/2021 dan POJK No.13/POJK.03/2015, implementasi penetration test secara berkala (1 tahun sekali) terhadap CBS dan Surrounding Aplikasi, dan terakhir comply terhadap PBI No. 23/6/PBI/2021 dan POJK 13/POJK.03/2015.
Penulis: Busthomi














